Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sebut Prabowo Negarawan, PDIP Percaya Situasi 22 Mei Terkendali

Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa pihaknya sangat menyayangkan sikap calon presiden Prabowo Subianto yang menarik seluruh saksi dalam rekapitulasi di tingkat pusat.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto/JIBI/BISNIS/Muhammad Ridwan
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto/JIBI/BISNIS/Muhammad Ridwan

Bisnis.com, JAKARTA - Sekjen PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan bahwa pihaknya sangat menyayangkan sikap calon presiden Prabowo Subianto yang menarik seluruh saksi dalam rekapitulasi di tingkat pusat.

 "Sikap menarik saksi tidak akan mengganggu legalitas hasil rekapitulasi. Sikap itu sangat disayangkan, bertentangan dengan komitmen deklarasi pemilu damai. Sebab, deklarasi pemilu damai yang ditandatangani seluruh paslon dan pimpinan parpol merupakan kontrak politik untuk menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan melaksanakan seluruh tahapan pemilu dengan aman, tertib, damai, berintegritas, tanpa hoaks, politik SARA, dan politik uang," jelas Hasto dalam keterangan tertulisnya, Kamis (16/5/2019).

Hasto menuturkan, PDI Perjuangan percaya pada sikap negarawan Prabowo. Selama ini, katanya, Megawati Soekarnoputri dalam berbagai kesempatan selalu menyampaikan hal-hal positif tentang Prabowo.

Jadi, ujarnya, PDI Perjuangan meyakini dengan melihat dukungan para tokoh nasional, kesiapan TNI dan Polri, serta kematangan rakyat Indonesia, maka  puncak rekapitulasi pada  22 Mei 2019 nanti, situasi politik akan aman dan terkendali.

“Mereka yang akan memaksakan jalan di luar hukum akan berhadapan dengan hukum negara dan rakyat Indonesia,” kata Hasto.

Perihak klaim sepihak dan narasi kecurangan yang dibangun oleh pihak-pihak yang kecewa,  menurut Hasto, hal itu sebagai dinamika politik yang terus dimainkan pihak yang kalah, dan hal ini juga biasa terjadi di pilkada.

"Secara teknis dalam pemilu berlaku dalil dari Afrika, semakin kompleks pemilu, semakin mudah dimanipulasi. Pemilu presiden jauh lebih sederhana daripada pemilu legislatif. Dengan demikian, dalam praktik, maka kemungkinan manipulasi dalam pemilu presiden jauh lebih sulit daripada pemilu legislatif. Apalagi dengan jumlah pemilih yang hadir ke TPS mencapai lebih dari 155  juta orang," jelas Hasto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nancy Junita
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper