Bisnis.com, JAKARTA - Gencatan senjata dicapai untuk menghentikan gelombang kekerasan mematikan di Jalur Gaza dan Israel selatan yang telah berlangsung selama tiga hari belakangan.
Dikutip dari Reuters, Senin (6/5/2019), kekerasan milter meletus sejak tiga hari belakangan. Pada minggu kemarin, roket dan rudal yang dilepaskan pejuang Palestina dari Kelompok Hamas telah menewaskan empat warga Israel.
Sebaliknya, Israel melakukan serangan yang telah menewaskan puluhan orang sipil Palestina. Israel tidak mengakui kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok-kelompok militan Gaza, yang dianggapnya sebagai organisasi teroris.
Namun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memerintahkan adanya gencatan senjata di Gaza. Israel menuding bahwa Iran ada di balik meningginya eskalasi serangan di Gaza, terutama dengan memasok senjata kepadad gerakan Jihad Islam.
Militer Israel mengatakan bahwa lebih dari 600 roket dan proyektil lainnya - lebih dari 150 di antaranya dicegat - telah ditembakkan di kota-kota dan desa-desa Israel selatan sejak Jumat. Dikatakan pihaknya menembak atau melakukan serangan udara di sekitar 320 lokasi militan.
Kekerasan mereda sebelum fajar, setelah para pejabat Palestina meminta Mesir, Qatar dan PBB menjadi penengah gencatan senjata, dan ketika warga Gaza bersiap untuk memulai bulan suci Ramadhan.
Baca Juga
“Selama dua hari terakhir kami menyerang Hamas dan Jihad Islam dengan kekuatan besar. Kami mencapai lebih dari 350 target. Kami menyerang para pemimpin dan operasi teroris dan kami menghancurkan gedung-gedung teroris, ”kata Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel