Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi China Tumbuh ditopang Harga Pangan

Indeks harga konsumen (IHK) China dilaporkan meningkat berkat efek sementara dari lonjakan suplai bahan pangan sementra indeks harga produsen (IHP) memberikan bukti pemulihan ekonomi lebih lanjut.
China/Reuters
China/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga konsumen (IHK) China dilaporkan meningkat berkat efek sementara dari lonjakan suplai bahan pangan sementra indeks harga produsen (IHP) memberikan bukti pemulihan ekonomi lebih lanjut.

Inflasi China sepanjang Maret tumbuh sebesar 2,3 persen secara tahunan atau lebih tinggi dari capaian 1,5 persen pada Februari dan merupakan kenaikan terbesar selama setahun terakhir.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Biro Statistik Nasional China, pertumbuhan tersebut sebagian besar disebabkan oleh kenaikan harga pangan seperti sayur mayur dan daging babi yang mendongkrak IHK lebih dari 0,5 persen.

Adapun untuk indeks harga konsumen inti, tidak termasuk makanan dan energi, tercatat stagnan pada level 1,8 persen, dan inflasi produsen mencatatkan jeda disinflasi dengan kenaikan sebesar 0,4 persen pada Maret.

Meski demikian, karena rebound inflasi kali ini ditopang oleh kenaikan harga makanan yang mungkin hanya memberikan dorongan sementara, bank sentral nampaknya belum akan memberlakukan perubahan kebijakan.

Bank Sentral China (People's Bank of China/PBOC) memanfaatkan instrumen penyaluran likuiditas kepada bank-bank swasta untuk mendorong pembiayaan dana murah kepada industri kecil.

Risiko deflasi dan ketidakpastian yang melekat selama perang dagang dan kondisi ekonomi yang tidak stabil terus menjadi faktor kehati-hatian regulator.

"Tidak akan ada penyesuaian kebijakan moneter dan inflasi secara keseluruhan tidak akan menjadi masalah besar untuk tahun ini karena inflasi inti masih tetap stabil. Sementara itu inflasi produsen akan tetap berada pada level rendah," kata Ding Shuang, kepala ekonom China dan Asia Utara di Standard Chartered Bank Ltd., Hong Kong, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (11/4/2019).

Menurut Ding, PBOC cenderung akan terus memantau kondisi ekonomi untuk saat ini.

Harga daging babi yang menjadi faktor utama dalam IHK China naik 5,1 persen sepanjang Maret, ini merupakan lonjakan harga pertama sejak turun terus-menerus selama 25 bulan terakhir.

Biro Statistik Nasional China mengatakan kenaikan harga daging babi saja terbukti dapat mendongkrak IHK China 0,12 persen.

Sebelumnya, lebih dari satu juta ternak babi di China terpaksa dimusnahkan akibat wabah demam babi Afrika dan semenjak itu produksi pakan babi terus menurun.

Sementara itu, rebound IHP China memberikan sinyal penguatan lebih lanjut terhadap pemulihan ekonomi, yang jika berkelanjutan dapat memberikan dorongan bagi produksi manufaktur, mendorong laba dan membantu pelunasan utang perusahaan.

"Di tengah perlambatan ekonomi yang terjadi secara merata serta adanya kebutuhan likuiditas bank, menurut kami PBOC perlu mempertahankan instrumen stimulus. Kondisi inflasi saat ini masih memungkinkan dan ada ruang untuk melanjutkan pelonggaran," ujar ekonom Bloomberg, David Qu dan Qian Wan, di Hong Kong.

Para ekonom lainnya juga menantikan data output kuartal I/2019 yang akan dirilis pekan depan untuk melihat bukti kuat bahwa siklus pelemahan terburuk telah berakhir dan efek stimulus dari pemerintah sudah mulai terlihat.

Tanda-tanda stabilisasi ekonomi China telah memicu perdebatan tentang apakah PBOC harus terus menyuntikkan likuiditas ke pasar keuangan, apalagi sejumlah mantan pejabat senior bank sentral sudah memperingatkan terkait risiko penggelembungan aset.

Ekonom dan trader mengharapkan agar PBOC dapat memangkas giro wajib minimum setidaknya tiga kali tahun ini, setelah merilis kebijakan serupa pada awal 2018 untuk mengelola likuiditas pasar dan menyalurkan uang tunai ke dalam ekonomi yang melambat.

Menurut kepala ekonom China di Nomura Holdings Inc., Lu Ting, akan dibutuhkan lebih dari sekadar kenaikan harga bahan makanan untuk mengubah pandangan bank sentral.

"Kecuali jika tekanan inflasi menyebar ke sektor lain, bank sentral mungkin akan mengabaikan kenaikan pada harga daging babi dan meneruskan dukungan pertumbuhan ekonomi melalui pelonggaran kebijakan moneter sepanjang sisa tahun ini," kata Lu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper