Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kabinet Theresa May Memberontak, Berencana Gulingkan Perdana Menteri

Kabinet Perdana Menteri Inggris Theresa May ingin adanya pemimpin baru yang dapat menyelesaikan proses Brexit.
Warga Inggris pendukung Uni Eropa (UE) berkumpul dalam unjuk rasa di pusat London, Inggris, meminta Pemerintah Inggris untuk membiarkan masyarakat mengambil keputusan akhir terkait Brexit, Sabtu (23/3/2019)./Reuters-Kevin Coombs
Warga Inggris pendukung Uni Eropa (UE) berkumpul dalam unjuk rasa di pusat London, Inggris, meminta Pemerintah Inggris untuk membiarkan masyarakat mengambil keputusan akhir terkait Brexit, Sabtu (23/3/2019)./Reuters-Kevin Coombs

Bisnis.com, JAKARTA -- Kabinet Perdana Menteri Inggris Theresa May melakukan pemberontakan terbuka dan menginginkan adanya pemimpin sementara yang dapat menyelesaikan proses Brexit.
 
Menurut harian Sunday Times, setidaknya ada enam menteri senior yang menginginkan Wakil Perdana Menteri (PM) Inggris David Lidington untuk mengambil alih fungsi jabatan PM hingga Pemilu resmi dilakukan. Para menteri ini akan menantang PM May pada rapat kabinet, Senin (25/3/2019) waktu London, dan akan mengancam pengunduran diri besar-besaran jika May enggan untuk mundur.
 
Michael Gove, seorang pendukung Brexit terkemuka dalam referendum 2016, serta Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris Jeremy Hunt juga mendapatkan dukungan untuk mengambil alih proses perundingan Brexit.

Pernyataan para menteri senior tersebut muncul hanya beberapa jam setelah jutaan warga Inggris melakukan unjuk rasa di jalan-jalan pusat kota London menuntut referendum kedua. Sebagian besar dari para peserta unjuk rasa memilih Inggris tetap berada di dalam lingkup Uni Eropa (UE).
 
Jika May diganti, hal ini tidak serta merta akan memicu Pemilu. Berdasarkan UU Parlemen (Fixed-Term Parliament Act), Pemilu berikutnya diagendakan digelar pada Mei 2022.

Sunday Times menuliskan bahwa Hunt tidak sepemikiran dengan Lidington karena sang wakil PM diyakini bakal bersekongkol dengan Partai Buruh untuk menjadikan Inggris tetap diatur oleh kebijakan bea UE. Sementara itu, Gove dikatakan siap untuk melanjutkan perjuangan PM May dan bahkan sudah menyiapkan tim kampanye pada saat ini.
 
Namun, menurut jurnalis ITV Robert Peston, dalam tulisan di akun Twitter-nya, para menteri senior di kabinet PM May tidak akan tergesa-gesa mendukung peralihan jabatan karena prioritas mereka saat ini adalah mengembalikan kebijakan Brexit ke jalur yang tepat.
 
"Mereka harus lebih dulu mendapatkan jaminan bahwa no-deal Brexit sepenuhnya dicoret dari pilihan skenario, amendemen kesepakatan atau referendum, baru kemudian mereka akan mempertimbangkan penggantian PM," tulisnya, seperti dilansir Bloomberg, Minggu (24/3).
 
Di sisi lain, Menteri Keuangan (Menkeu) Inggris Philip Hammond menegaskan bahwa saat ini, fokus Inggris seharusnya tertuju pada penyelesaian Brexit dan bukan menyerang PM.
 
"Mengganti PM tidak akan membantu kita. Membahas penggantian pemain di saat seperti ini saja sudah tidak pantas," ucapnya seperti dilansir Reuters.

PM May sudah dua kali gagal mencapai kesepakatan dengan Parlemen Inggris. Namun, posisinya tak hanya terisolasi di Inggris, tapi juga di Brussels.
 
Sejumlah koleganya dibuat kesal karena PM May menyalahkan Parlemen atas kebuntuan ini. Apalagi, dia juga dinilai selalu berubah pendirian terkait kebijakan no-deal Brexit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper