Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PSI Percaya Diri Bukan Biang Keladi Turunnya Elektabilitas Jokowi

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali dihujani serangan dari sesama partai Koalisi Indonesia Kerja (KIK), kali ini datang dari petinggi Golkar Andi Sinulingga. Andi menyebut resistansi masyarakat yang tinggi terhadap PSI ikut membuat Jokowi terseret
Calon Presiden Joko Widodo (tengah) /ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Calon Presiden Joko Widodo (tengah) /ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA — Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali dihujani serangan dari sesama partai Koalisi Indonesia Kerja (KIK), kali ini datang dari petinggi Golkar Andi Sinulingga.

Andi menyebut resistansi masyarakat yang tinggi terhadap PSI ikut membuat Jokowi terseret. Hal ini dijelaskan dari hasil survei Litbang Kompas yang menyebut PSI hanya memiliki elektabilitas (keterpilihan) 0,9%, tetapi memiliki tingkat resistansi (penolakan) mencapai 5,6% basis suara.

Menjawab hal tersebut, Juru Bicara PSI Dedek Prayudi menggarisbawahi bahwa hasil survei harus dipisahkan dari pendapat atau asumsi.

"Itu adalah pendapat, bukan hasil surveinya. Survey tersebut kan survey kuantitatif bukan kualitatif," jelas pria yang akrab disapa Uki ini kepada Bisnis, Sabtu (23/3/2019).

"Jadi ya, sah-sah saja beliau berpendapat seperti itu. Tapi publik juga mesti tahu bahwa itu bukan hasil dari surveinya melainkan asumsi beliau," tambahnya.

Menurut Uki, PSI akan terus maju dengan cara mereka menjelang periode kampanye terbuka, 24 Maret 2019 hingga 13 April 2019. Terlebih, menghadapi periode kampanye terbuka, TKN Jokowi-Ma'ruf justru kompak, dan tak saling menyalahkan atas hasil survei tersebut.

"TKN tetap kompak, tak saling menyalahkan, justru saling menyolidkan untuk kerja, kerja, dan kerja," ungkapnya.

"Kita tetep aja pakemnya sama. No politik uang, no politik SARA, kembangkan edukasi politik door to door, dan kampanyekan Jokowi," tambah pria kelahiran Jakarta, 23 April 1984 ini.

Selain itu, PSI pun percaya diri bahwa hasil survei elektabilitas mereka dari Litbang Kompas, hanyalah satu dari sekian banyak survei dengan beragam hasil.

Oleh sebab itu, pria jebolan studi demografi Swedia, yang merupakan kombinasi ilmu sosial, logika, dan statistik ini percaya, setiap survei memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing ketika dibedah secara utuh.

"Semua survei kita bedah, karena semua berbeda metodologi dan setiap metodologi punya kelebihan dan kekurangan. Ada survei yang bilang [elektabilitas] kita 1%, ada 2%, 3%, bahkan yang lewat 4% juga ada. Justru semakin ke sini semakin sedikit yang bilang nol koma," ujarnya.

"Tapi yang jelas, setiap survei kita hormati dan pelajari, untuk kemudian kita bahas dalam perumusan penajaman strategi," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper