Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi: Bangun Infrastruktur Pasti Ada Pahit dan Sakitnya, Tapi Inilah Obat Bagi Ekonomi

Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo menggambarkan bahwa Indonesia sebenarnya pernah menjadi acuan negara lain soal pembangunan infrastruktur.
Calon Presiden no urut 01 Joko Widodo (keempat kiri) menghadiri Deklarasi pengusaha pekerja pro Jokowi (Kerjo) di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (21/3/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Calon Presiden no urut 01 Joko Widodo (keempat kiri) menghadiri Deklarasi pengusaha pekerja pro Jokowi (Kerjo) di Istora Senayan, Jakarta, Kamis (21/3/2019)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA — Calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo menggambarkan bahwa Indonesia sebenarnya pernah menjadi acuan negara lain soal pembangunan infrastruktur.

Jokowi mengisahkan hal ini yang terjadi pada 1973, ketika pembangunan jalan tol pertama Indonesia yang menghubungkan Jakarta-Bogor-Ciawi atau akrab disapa tol Jagorawi. Tetapi, dirinya menyayangkan bahwa Indonesia kini justru tersalip oleh negara-negara tersebut.

"Apa yang ingin saya katakan, kita ini semua [pembangunan infrastruktur]nya sudah terlambat," ungkapnya dalam acara deklarasi 10.000 pengusaha yang tergabung dalam Pengusaha Pekerja Pro Jokowi (KerJo), Istora Senayan, Kamis (21/3/2019).

"Dulu waktu kita bangun jalan tol Jagorawi sepanjang kurang lebih 50 km, negara lain tuh nengok jalan Tol Jargorawi ini. Bagaimana konstruksi dan manajemennya, bagaimana operasionalnya, nengok semuanya. Bagaimana kalkulasi, bagaimana hitungannya, nengok semuanya ke kita. Malaysia nengok, Vietnam nengok, Filipina tengok, Thailand tengok, China ikut nengok, Tiongkok tengok," jelasnya.

Tetapi sayangnya, ketika dirinya menjabat sebagai presiden pada 2014, yaitu 40 tahun setelah membangun Tol Jagorawi, Indonesia hanya bisa bangun 780 km sampai 2014.

Hadirin yang tak sadar bahwa itu sindiran, kemudian bertepuk tangan, seketika diingatkan oleh Jokowi, "Jangan ditepuktangani," celetuknya disambut tawa relawan KerJo yang memadati Istora Senayan.

"Itu 1000 km saja nggak ada. Malaysia sudah miliki 1800 km. Tiongkok atau RRC, sudah miliki 280.000 km jalan tol. Kita seribu saja belum. Inilah yang ingin kita kejar," ungkap pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961 ini.

"Tapi, memang membangun seperti itu pasti ada pahitnya, pasti ada sakitnya. Saya tahu. Tapi inilah nanti obat bagi ekonomi ke depan kita. Bapak, ibu, saudara, harus meyakini itu. Harus meyakini itu. Bahwa yang namanya infrastruktur itu mutlak sebagai pondasi pertumbuhan ekonomi di manapun, dalam rangka daya saing, dalam rangka competitiveness kita," tutup Jokowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper