Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inflasi Melemah, The Fed Tahan Suku Bunga

Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan tingkat suku bunga kemungkinan akan ditahan untuk beberapa waktu di tengah beban risiko global terhadap proyeksi ekonomi serta inflasi yang tidak mengalami perubahan.
The Federeal Reserve/telegraph.co.uk
The Federeal Reserve/telegraph.co.uk

Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Federal Reserve Jerome Powell mengatakan tingkat suku bunga kemungkinan akan ditahan untuk beberapa waktu di tengah beban risiko global terhadap proyeksi ekonomi serta inflasi yang tidak mengalami perubahan.

"Kami tidak melihat adanya data yang mungkin mengubah kebijakan ke arah manapun. Data-data tersebut mengindikasikan bahwa kami harus tetap bersabar dan memberikan waktu agar kondisi ekonomi dapat kembali stabil," ujarnya dalam konferensi pers, seperti dikutip melalui Bloomberg, Kamis (21/3).

Powell menyampaikan kebijakan untuk menahan tingkat suku bunga setelah sebelumnya para pejabat bank sentral memangkas proyeksi kenaikan suku bunga dari dua kali menjadi nihil.

"[Kenaikan suku bunga] mungkin akan dilanjutkan nanti setelah data dari proyeksi ketenagakerjaan dan inflasi menunjukkan sinyal perlunya kenaikan suku bunga," tambah Powell.

Rapat The Federal Open Market Committee (FOMC) juga sepakat untuk memperlambat penarikan kepemilikan obligasi bank sentral mulai Mei dan berakhir pada September.

Upaya-upaya ini akan melengkapi rencana kerja 2019 The Fed menjauh dari pengetatan moneter dan cenderung lebih berhati-hati, ini merupakan tanda bahwa para pembuat kebijakan memperhitungkan risiko dari proyeksi mereka dengan serius bahwa ketika ekonomi domestik terus bergerak.

Pasar keuangan mengonfirmasi interpretasi dovish, dimana pada trader futures membatalkan proyeksi yang sebelumnya mereka percaya bahwa The Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga tahun ini.

Imbal hasil tresuri 10 tahun turun ke level terendah dalam lebih dari satu tahun, sementara dollar mengalami penurunan harian terbesar sejak Januari. Di sisi lain, saham turut mengalami pelemahan.

Bank sentral Amerika Serikat sepakat untuk menahan target federal funds rate (FFR) pada kisaran 2,25% hingga 2,5%.

The Fed sudah sangat dekat dengan target mereka yakni inflasi rendah dan lapangan kerja terus tumbuh, namun Powell mengutip bahwa ada risiko dari luar negeri termasuk perselisihan dagang, perlambatan pertumbuhan di China dan Eropa, serta dampak dari Brexit.

"Alasan mengapa kami menahan kebijakan moneter adalah karena kebijakan [suku bunga] kami sudah berada pada level terbaik, ekonomi juga berada pada posisi yang baik. Kami mengawasi dengan cermat semua peristiwa yang berkembang di seluruh dunia dan domestik," kata Powell.

Mereka membiarkan proyeksi suku bunga jangka panjang tidak berubah. Para pejabat bank sentral melihat FFR tidak akan mengalami kenaikan signifikan sampai dengan 2021.

FFR diproyeksikan mencapai kisaran 2,6% pada 2020 dan 2021, sementara itu suku bunga jangka panjang diproyeksikan terjaga pada kisaran 2,8%.

Sementara para pejabat sebelumnya berharap untuk melampaui level jangka panjang, kira-kira yang tidak menghambat atau memperlambat pertumbuhan, mereka sekarang melihat tingkat melayang di bawahnya setidaknya sampai 2021.

"Bersabar berarti kami tidak melihat adanya keperluan mendesak untuk mengeluarkan kebijakan baru," kata Powell.

Sebelumnya, para analis dalam survei Bloomberg telah menangkap sinyal bahwa The Fed akan menahan suku bunga lebih lama dari perkiraan.

Sepanjang konferensi pers berlangsung, Powell terus mengutip tingkat inflasi rendah dan menyebut tekanan harga global yang lemah adalah salah satu tantangan utama di zaman ini.

Dia menunjukkan bahwa kenaikan harga terus menerus telah memperkecil keleluasaan bank sentral sehingga mereka harus lebih berhati-hati.

"Saya tidak merasa bahwa kita akan mencapai mandat inflasi 2% secara simetris. Saat ini kami dapat waktu lebih untuk menahan kebijakan apapun sampai target sasaran tercapai," kata Powell.

The Fed secara resmi menetapkan target inflasi pada kisaran 2% sejak 2012, kenaikan harga sebagian besar bergerak pada sisi terendah sejak saat itu.

Para pembuat kebijakan menurunkan ekspektasi inflasi relatif terhadap proyeksi ekonomi terakhir mereka.The Fed memproyeksikan inflasi tahun ini sebesar 1,8% atau lebih rendah dari proyeksi yang  disampaikan pada Desember sebesar 1,9%.

Keputusan bank sentral tentunya memicu reaksi dari beberapa pengamat The Fed yang mengaku terkejut dengan langkah yang mereka ambil.

Menurut Stephen Stanley, kepala ekonom di Amherst Pierpont Securities LLC, kebijakan ini The Fed kali ini sangat dovish.

"Ini menunjukkan bahwa The Fed telah mencapai kesimpulan bahwa pelemahan yang telah kita lihat sejak awal tahun akan lebih fundamental dan lebih persisten, bukan sekedar tren sementara," ujar Stanley.

Dalam pernyataan terpisah yang disampaikan pada Rabu (20/3), The Fed mengatakan bahwa mereka akan mulai memperlambat penyusutan neraca pada Mei, menurunkan batas atas pelunasan tresuri dari US$30 miliar menjadi US$15 miliar, dan menghentikan penarikan aset pada September.

Setelah itu, The Fed kemungkinan akan menahan ukuran portofolio secara konstan untuk sementara waktu, yang memungkinkan saldo cadangan menurun secara bertahap.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Editor : Akhirul Anwar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper