Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pebisnis Korsel Berharap Kawasan Industri Kaesong Kembali Dibuka

120 pebisnis Korea Selatan yang direlokasi dari Kawasan Industri Kaesong ke Vietnam, berharap pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jongun, dapat akan mengarah pada pelonggaran sanksi terhadap Korea Utara dan kebangkitan Kaesong.
Pintu masuk ke kawasan industri guyup Korsel-Korut di Kaesong./ANTARA
Pintu masuk ke kawasan industri guyup Korsel-Korut di Kaesong./ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA -- 120 pebisnis Korea Selatan yang direlokasi dari Kawasan Industri Kaesong ke Vietnam, berharap pertemuan tingkat tinggi antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Pemimpin Korea Utara Kim Jongun, dapat akan mengarah pada pelonggaran sanksi terhadap Korea Utara dan kebangkitan Kaesong.

Pada awal 2016, Choi Dongjin dan seratusan pebisnis Korea Selatan lainnya dengan enggan menutup pabrik mereka di kawasan industri yang dikelola bersama oleh Pyongyang dan Seoul.

Pemerintahan Park Geunhye, pada waktu itu, memerintahkan penutupan Kawasan Industri Kaesong yang berlokasi di Korea Utara menyusul kegiatan uji coba roket jarak jauh oleh Pyongyang. 

Choi memindahkan bisnis manufaktur garmennya ke Vietnam dengan sekitar seperempat pemilik pabrik dari Kompleks Industri Kaesong untuk mencari tenaga kerja murah.

Tiga tahun kemudian, Choi dan produsen lain yang beroperasi di Vietnam mengatakan mereka berjuang untuk balik modal karena biaya transportasi dan tenaga kerja yang tinggi namun penjualan lebih lemah.

"Kami ditinggalkan, kemudian diberi harapan palsu, tetapi tidak ada yang benar-benar berubah," ujar Choi, direktur utama produsen garmen DMF, seperti dikutip oleh Reuters, Minggu (24/2/2019).

Menurut Choi, hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara yang semakin membaik serta dan konferensi tingkat tinggi bersejarah tahun lalu antara Kim dan Trump di Singapura, belum memberikan hasil signifikan.

Di Kaesong, Choi memiliki sekitar 600 pekerja Korea Utara yang memproduksi celana denim dan celana golf untuk perusahaan Korea Selatan seperti afiliasi mode Grup Samsung.

Choi membayar buruh yang bekerja di pabriknya sekitar US$200 per bulan termasuk biaya lembur.

Setelah dipaksa menutup pabriknya, Choi membangun usaha garmen patungan atau joint venture di dekat kota Hanoi dengan seorang mitra asal Vietnam.

Di sana, pekerja lokal menerima bonus liburan dan perlindungan asuransi di atas US$300 per bulan.

Setelah kehilangan beberapa pembeli sejak penutupan Kaesong, penjualan turun sekitar setengahnya dan Choi mengatakan perusahaannya telah membukukan kerugian selama dua tahun berturut-turut.

"Saya berjuang dalam pertempuran hidup dan mati di sini, berusaha tidak membuat kerugian lagi, jadi bisnis saya tetap bertahan sampai ketika Kaesong dibuka kembali dan saya bisa kembali," kata Choi.

Pada puncaknya, Kaesong mempekerjakan 55.000 pekerja Korea Utara di pabrik-pabrik milik Korea Selatan. 

Pabrik tersebut memproduksi berbagai jenis produk mulai dari mainan hingga tekstil dan elektronik untuk pasar di Korea Selatan.

Kawasan ini menghasilkan US$100 juta per tahun dan menjadi sumber pendapatan yang sangat dibutuhkan untuk Korea Utara yang terisolasi.

Menurut survei pada April 2018 oleh Federasi Korea untuk perusahaan kecil dan menengah, Sekitar 14% dari perusahaan yang beroperasi di Kaesong telah gulung tikar sejak penutupan pada 2016.

Pemerintahan Trump sebelumnya mengatakan tidak akan ada pengurangan sanksi sampai Korea Utara sepenuhnya melepaskan persenjataan nuklirnya.

Namun, sepekan sebelum pertemuan tingkat tinggi kedua dengan Kim, Trump mengisyaratkan kemungkinan pelunakan sikap.

Trump mengatakan, dia akan senang untuk menghapus sanksi jika ada kemajuan yang berarti pada negosiasi denuklirisasi.

Presiden Korea Selatan Moon Jaein, yang mengadakan beberapa pertemuan tingkat tinggi dengan Kim Korea Utara tahun lalu, mengatakan kepada Trump bahwa negaranya bersedia untuk membuka hubungan ekonomi dengan Korea Utara sebagai "konsesi" jika itu akan mempercepat denuklirisasi Pyongyang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper