Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS: Kesepakatan Dagang Bukan Sekedar Kontrak Kerja Sama

Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan kesepakatan apa pun dengan China perlu mengandung mekanisme penegakan hukum yang kuat untuk memastikan sinergi jangka panjang pada hubungan perdagangan.
ILUSTRASI/istimewa
ILUSTRASI/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengatakan kesepakatan apa pun dengan China perlu mengandung mekanisme penegakan hukum yang kuat untuk memastikan sinergi jangka panjang pada hubungan perdagangan.

Lighthizer, yang memimpin perundingan di Gedung Putih mengatakan menyampaikan bahwa para negosiator telah membuat kemajuan pada masalah-masalah struktural yang berkaitan dengan ekonomi China tetapi masih menghadapi hambatan.

"Kami memiliki rintangan besar," ujarnya seperti dikutip melalui Bloomberg, Minggu (24/2).

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa penyelesaian seluruh kesepakatan dagang akan dilaksanakan secara langsung dengan Presiden China Xi Jinping.

Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin pekan lalu mengatakan pertemuan para pemimpin negara dijadwalkan tentatif pada akhir Maret di resort Mar-a-Lago milik Trump yang berlokasi di Florida.

Sebelumnya AS meminta China untuk menjaga stabilitas yuan dalam upaya menetralkan devaluasi mata uang Beijing yang dapat melawan tarif kenaikan tarif.

Keberhasilan kesepakatan ini bergantung pada mekanisme penegakan kebijakan perdagangan yang diputuskan oleh Beijing dan Washington.

Gedung Putih mengeluhkan bahwa Beijing gagal menindaklanjuti janji untuk melakukan reformasi ekonomi di bawah pemerintahan sebelumnya.

Kebijakan stabilisasi mata uang telah menjadi bagian dari diskusi perdagangan yang diajukan oleh pemerintahan Trump.

Sebelumnya AS juga pernah menginisiasikan pakta nilai tukar dalam perjanjian baru perdagangan bebas Amerika Utara dengan Meksiko dan Kanada, pemerintahan Trump nampaknya akan menerapkan komitmen serupa dalam kesepakatan dagang di masa depan.

Nilai tukar yuan turun lebih dari 5% pada 2018 karena ketegangan perdagangan yang terus meningkat sehingga menimbulkan spekulasi bahwa Beijing sengaja melemahkan mata uangnya untuk mengimbangi dampak tarif.

Pada perkembangan terakhir yuan rebound hampir 2% secara year to date,  setelah sempat meluncur ke level terendah selama satu dekade terakhir terhadap dolar AS pada akhir Oktober.

Pada perundingan dagang yang berlangsung di Washington pekan lalu, para negosiator dari kedua negara telah menyusun enam MOU tentang masalah struktural yakni transfer teknologi paksa dan pencurian siber, hak kekayaan intelektual, jasa, mata uang, pertanian, dan hambatan perdagangan non-tarif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper