Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Partai Konservatif Inggris Kunjungi PDI Perjuangan, Ada Apa?

Partai Konservatif yang kini menjadi pihak penguasa di Inggris Raya mengunjungi DPP PDI Perjuangan untuk berdiskusi sekaligus berbagi pengalaman mengenai praktik demokrasi di negara masing-masing, Selasa (19/2/2019).
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto memimpin sambutan DPP PDIP memerima delegasi Partai Konservatif Inggris, Selasa (19/2/2019)/Doc Humas
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto memimpin sambutan DPP PDIP memerima delegasi Partai Konservatif Inggris, Selasa (19/2/2019)/Doc Humas

Bisnis.com, JAKARTA — Partai Konservatif yang kini menjadi pihak penguasa di Inggris Raya mengunjungi DPP PDI Perjuangan untuk berdiskusi sekaligus berbagi pengalaman mengenai praktik demokrasi di negara masing-masing, Selasa (19/2/2019).

Pemimpin Partai Konservatif Sir Simon Burns membawa koleganya Nick De Bois, serta kolega dari Partai Liberal Australia Ian Hanke sebagai konsultan program dari Westminster Foundation For Democracy.

Pihak PDI Perjuangan pun menyambut mereka, dia nataranya dipimpin oleh Sekjen Hasto Kristiyanto, dan sejumlah anggota Parlemen dari PDI Perjuangan seperti Juliari Batubara, Budiman Sudjatmiko, Diah Pitaloka, dan Eva Kusuma Sundari. Hadir sejumlah pengurus partai dan caleg seperti Heri Akhmadi, Dedy Yevri Sitorus, Kiki Taher. Tak lupa caleg berlatar belakang purnawirawan TNI juga hadir.

"Hari ini kami menerima Partai Konservatif dari Inggris dan juga Partai Liberal dari Australia, di mana kerjasama ini akan sangat penting untuk tukar kerjasama antar politisi, kerjasama antar parlemen," jelas Hasto.

"Sehingga kami harapkan dengan kerjasama ini semakin terbuka wawasan yang luas bagi seluruh kader-kader PDI Perjuangan, kerjasama disepakati untuk saling melakukan kunjungan di antara Partai Konservatif, Partai Liberal, dengan PDI Perjuangan juga kemudian kerjasama di dalam mendorong para kepala daerah untuk melakukan kerjasama dengan kedua partai tersebut," tambahnya.

Sementara itu, Nick De Bois mengatakan dirinya sangat senang bisa berkunjung dan diterima langsung oleh petinggi PDI Perjuangan. Katanya, pihaknya ingin belajar dan melihat bagaimana praktik demokrasi dan prinsip internasionalisme yang dipegang oleh PDI Perjuangan.

"Kami ingin belajar banyak bagaimana negara sebesar Indonesia bisa berdemokrasi," ungkap Nick.

Eva Kusuma Sundari, kader PDI Perjuangan yang juga anggota Komisi I DPR RI menyebut bahwa kerjasama beberapa partai luar negeri dengan partai di Indonesia telah lama dibangun berlandaskan semangat saling belajar.

Dirinya pun menyebutkan beberapa pengalaman belajarnya dari Inggris untuk membuat pemerintahan lebih baik, salah satunya dalam memperjuangkan keberadaan Alat Kelengkapan Dewan baru yaitu Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN).

"Bagaimanapun kontribusi PDI Perjuangan di kalkulasi, bisa diukur dalam kontribusinya menjaga demokrasi di Indonesia yang memang menarik perhatian dunia karna muslim majority tapi no conflict, bisa menjalankan demokrasi," jelasnya.

Sedangkan Budiman menyebut pihaknya banyak belajar dengan bertukar cerita terkait fenomena-fenomena di Inggris. Salah satunya, fenomena Referendum British Exit (Brexit) yang hingga kini berhasil membuat Inggris keluar dari Uni Eropa (UE).

"Kenapa tiba-tiba ada sebagian besar orang Inggris merasa mereka buka Eropa, mereka memutuskan untuk keliar dari Uni Eropa, ini kan menarik. Jangan sampai terjadi di Indonesia, sebagian penghuni kita merasa bukan Indonesia," ungkapnya.

"Karena kita tahu rasa Referendum Brexit muncul semacam kampanye anti asing versi mereka. Di indonesia juga terjadi, dan kita ingin tahu. Nah, maka itu jangan sampai hal yang sama terjadi pada kita, sehingga kita harus saling belajar," tambahnya.

Selain berdiskusi, Hasto pun sempat memperkenalkan budaya Indonesia dengan membawa para delegasi Partai Konservatif menikmati sejumlah karya seni lukisan dan musik. Hasto memperkenalkan kulintang, angklung, dan berbagai alat musik daerah yang memang dipajang di kantor partainya.

"Bagi kami, demokrasi dan kemanusiaan itu tak bisa hadir sendiri tanpa adanya kebudayaan yang memanusiakan," ungkap Hasto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper