Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Umum Garda Jokowi Antasari Azhar memberi nilai di bawah lima untuk capres Prabowo Subianto dalam penampilan debat capres 2019 putaran II, Minggu (17/2/2019).
Hal itu disampaikan mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar saat menggelar nonton bareng debat capres di Latrasse Resto, Kota Pangkalpinang.
"Sebetulnya dua-duanya baik karena saling menyampaikan jawaban. Hanya saja Pak Jokowi lebih baik dan transparan. Sedangkan Prabowo ada yang tidak pas karena ada jawaban yang tidak sesuai," kata Antasari Azhar.
“Kalau dinilai, Jokowi 8 sedangkan Prabowo di bawah 5," ujar Antasari kepada wartawan usai nobar debat capres.
Menurut Antasari, Prabowo tidak fokus dalam merespons pertanyaan secara benar. Salah satunya, pertanyaan soal infrastruktur.
"Yang dimaksudkan bukan infrastruktur jalan tol. Tapi soal infrastruktur lain.”
Soal kritik Prabowo bahwa pemerintah masih impor beras meski produksi sudah surplus, menurut Antasari jawaban Jokowi cerdas.
Dalam debat tersebut Jokowi mengatakan impor masih dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan harga.
Antasari melakukan kunjungan politik ke Bangka Belitung untuk mengajak masyarakat memenangkan Jokowi karena Bangka Belitung adalah tanah kelahiran Antasari.
"Saya lahir di Jalan Balai lalu pindah rumah ke Jalan Linggarjati Pangkalpinang.”
Penilaian berbeda disampaikan Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang (UMK) Dr Ahmad Atang, MSi. Dia menilai Prabowo Subianto justru menampilkan sosok sebagai negarawan sejati dalam debat capres kedua itu.
"Prabowo tidak egois atas pandangannya, dan mau mengakui kehebatam lawan secara santun di panggung debat," kata Ahmad Atang di Kupang, Senin (18/2/2019).
Namun demikian, Ahmad Atang mengakui Prabowo memiliki sisi lemah karena tidak menampilkan isu-isu baru. Misalnya, dia memainkan isu lama seperti mengapa pemerintah masih melakukan ekspor beras. Isu ini dengan mudah dipatahkan oleh Joko Widodo, dengan data yang akurat dan argumen yang realistis.
Ahmad menyimpulkan, pada debat capres itu Jokowi unggul dari segi data, dan Prabowo unggul pada sikap yang tidak memandang Jokowi sebagai lawan debat tapi lawan dialog.