Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Debat Capres II, Jokowi & Prabowo Perlu Elaborasi Penggunaan Energi Baru Terbarukan

Komitmen pemerintah untuk melakukan transisi bauran energi, dari yang sebelumnya bergantung kepada energi tidak terbarukan ke energi baru terbarukan (EBT), diharapkan dapat menjadi fokus kedua calon presiden (Capres) pada Debat Capres II mendatang.
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) berjalan bersama capres no urut 02 Prabowo Subianto sebelum mengikuti Debat Pertama Capres & Cawapres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019)./ANTARA-Setneg Agus Suparto
Capres nomor urut 01 Joko Widodo (kiri) berjalan bersama capres no urut 02 Prabowo Subianto sebelum mengikuti Debat Pertama Capres & Cawapres 2019, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1/2019)./ANTARA-Setneg Agus Suparto

Bisnis.com, JAKARTA — Komitmen pemerintah untuk melakukan transisi bauran energi, dari yang sebelumnya bergantung kepada energi tidak terbarukan ke energi baru terbarukan (EBT), diharapkan dapat menjadi fokus kedua calon presiden (Capres) pada Debat Capres II mendatang.

Jika ditilik dari misi dan visi terkait energi, kedua capres memiliki komitmen yang sama untuk mendorong Indonesia dalam memanfaatkan EBT. Dalam hal ini, Jokowi-Ma’ruf Amin mendorong pengembangan EBT dan energi yang ramah lingkungan. Sebaliknya, pasangan Prabowo-Sandiaga Uno mendorong konversi energi fosil ke EBT dan bahan bakar nabati.

“Masing-masing sudah menyebutkan permasalahan energi baru terbarukan dan ketahanan energi. Yang mungkin berbeda di Prabowo ada menyinggung permasalahan gas, tapi intinya masih sama,” kata Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Core Indonesia, dalam diskusi ‘Jelang Debat Capres II: Menakar Isu Pangan, Energi, dan Infrastruktur’, Jumat (15/2/2019).

Namun, dia mengharapkan kedua capres untuk membahas bagaimana memanfaatkan EBT untuk kepentingan nasional. Terutama dalam kaitannya untuk mendorong perekonomian nasional yang beberapa tahun terakhir ini terjebak pada angka 5%.

Mengutip data BPPT Energi Outlook 2016, bauran energi di Indonesia masih didominasi oleh minyak bumi sekitar 38%, diikuti oleh batu bara 30%, gas 22%, dan EBT 11%. Namun, sesuai dengan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah berancang-ancang untuk menggenjot kontribusi EBT menjadi 23% pada 2025. Peningkatan tersebut didapat atas penurunan kontribusi minyak bumi.

Sejauh ini, Faisal menilai langkah pemerintah untuk meningkatkan kontribusi EBT patut diapresiasi. Kendati demikian, untuk mencapai target RUEN, dibutuhkan kecepatan hingga 10% dalam waktu enam tahun mendatang.

Hingga saat ini, hambatan paling besar yang dialami oleh para investor untuk menanamkan modalnya dalam mengembangkan EBT lebih banyak berada pada kejelasan kebijakan dan inkonsistensi pemerintah.

“Ini mulai dari pembebasan lahan hingga pricing. Tidak adanya kejelasan dari kewenangan yang terkait teknis investasi,” ujarnya.

Persoalan lainnya adalah mendorong diversifikasi penggunaan EBT. Sejauh ini, dia mengungkapkan EBT yang ada di Indonesia kebanyakan berbasis hidro atau mikro hidro.” Di luar itu masih banyak solar, biodiesel, biomass,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper