Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Potensi Teror Menjelang Pilpres? Ini Kata Mantan Kelompok Radikal

Kemarahan kelompok pendukung khilafah yang pertama karena batalnya pembebasan Abu Bakar Ba'asyir.
Layar menampilkan hasil survei lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) saat rilis hasil survei terkait NKRI dan ISIS di Jakarta, Minggu (4/6). Hasil survei tersebut menyatakan 79,3% warga negara Indonesia (WNI) tak setuju NKRI berubah menjadi khilafah./Antara-Hafidz Mubarak A
Layar menampilkan hasil survei lembaga Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) saat rilis hasil survei terkait NKRI dan ISIS di Jakarta, Minggu (4/6). Hasil survei tersebut menyatakan 79,3% warga negara Indonesia (WNI) tak setuju NKRI berubah menjadi khilafah./Antara-Hafidz Mubarak A

Bisnis.com, PEKANBARU - Mantan komandan kelompok radikal Negara Islam Indonesia (NII), Ken Setiawan, meminta Pemerintah Indonesia dan masyarakat untuk waspada karena ada potensi terjadinya aksi teror menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 dari kelompok yang mendukung terbentuknya khilafah di Indonesia.

"Hari ini para pendukung Khilafah sangat marah oleh beberapa sebab," kata Ken Setiawan, yang juga pendiri NII Crisis Center, dalam pernyataan pers yang diterima Antara di Pekanbaru, Jumat (15/2/2019).

Ia menjelaskan, kemarahan kelompok pendukung khilafah yang pertama karena batalnya pembebasan Abu Bakar Ba'asyir. Kedua, Calon Presiden (Capres) yang mereka harapkan dari hasil "ijtima ulama" akan memperjuangkan khilafah Islam dan menolak PKI, tapi justru berbanding terbalik dan malah menerima dukungan PKI.

Ketiga, lanjutnya, Partai Bulan Bintang (PBB) sebagai satu-satunya partai muara mereka yang dianggap pro khilafah, kini pun sudah mendukung ke partai petahana, yang sebelumnya dianggap mereka mendukung penista agama dalam kasus Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

"Jadi menurut mereka, kini tidak ada pilihan untuk memuluskan tujuan mereka dalam syiar khilafah dalam menuju parlemen," katanya.

Ken menilai, beberapa teror belakangan muncul seperti pembakaran kendaraan di Provinsi Jawa Tengah bukanlah kebetulan, namun sudah direncanakan.

Menurut dia, tujuannya jelas bahwa kelompok khilafah ingin jelang Pilpres suasana tidak kondusif, dan ini bisa jadi amunisi untuk memojokkan aparat keamanan dan pemerintah yang diangap gagal dalam memberikan rasa aman di masyarakat.

Kekecewaan pendukung Khilafah, lanjut Ken, bisa menimbulkan rasa pesimis dan putus asa di kalangan kelompok itu yang di Indonesia diakuinya cukup banyak. Mereka merupaka eksnapi teroris, deportan Suriah dan kelompok radikal yang kini pimpinan mereka ditangkap dan ditahan.

"Ketika punya komandan, mereka akan mudah dikontrol dan dimonitor. Tapi bila tanpa komandan, maka ini yang berbahaya karena mereka punya keterampilan membuat bom. Jadi bisa saja mereka melakukan aksi kapan dan di manapun mereka mau," katanya.
"Sel-sel (teroris) tidur banyak yang masih aktif, ini sangat berbahaya," lanjut Ken.

Salah satu pertimbangan membebaskan Ba'asir, menurut Ken Setiawan, di samping kemanusiaan adalah pemerintah mencoba merangkul kalangan pendukung Khilafah yang selama ini dianggap selalu frontal. Sebabnya, Ba'asyir adalah figur tokoh yang disegani oleh kalangan pendukung Khilafah.

Tapi karena ada suatu hal yang sifatnya prinsip, maka pembebasan tersebut ditunda/dibatalkan. Padahal Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan berbagai pertimbangan dan risiko telah berusaha membuat keputusan kontroversi. Namun, niat baik pemerintah buahnya tidak seperti yang diharapkan karena Ba'asyir masih tetap pada pendirian tidak mengakui bahwa dirinya bersalah.

Ken Setiawan menyayangkan sikap Ba'asyir, yang dianggap tidak mempertimbangkan aspek keamanan nasional. Padahal dalam beberapa dialog dan kesempatan Ba'asyir telah membuat pernyataan bahwa Pancasila tidak bertentangan dengan Al wish, dan masalahnya adalah hanya belum mau menandatangani dokumen tentang pengakuan tindak pidana yang dilakukan hingga ikrar setia pada NKRI.

Olehnya, Ken Setiawan khawatir akan muncul teror jelang Pilpres karena dendam dan kekecewaan kelompok prokhilfah berubah menjadi keputusasaan yang akhirnya bisa melakukan jihad bom.

"Satu orang saja beraksi maka sudah bisa membuat geger dan heboh seluruh negeri. Kita harus waspada, laporkan ke aparat keamanan bila menemukan hal yang mencurigakan, atau bila ada informasi di sekitar terkait kelompok radikal agar segera ditangani dan ditindak sesuai hukum yang berlaku," kata Ken Setiawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Antara

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper