Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi, Achmad Zaky, dan #UninstallBukalapak

Setelah Achmad Zaky menyampaikan harapannya agar Presiden Indonesia 2019-2024 mampu memberi perhatian lebih terhadap dana riset dan pengembangan di Indonesia melalui cuitan di Twitter, warganet justru ramai-ramai mengampanyekan #UninstallBukalapak. Alih-alih membahas minimnya dana riset dan pengembangan di Indonesia, warganet menilai pendiri Bukalapak itu tidak mendukung Presiden Joko Widodo.
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky meninjau stan warung mitra Bukalapak saat Perayaan HUT ke-9 Bukalapak di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (kanan) didampingi Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky meninjau stan warung mitra Bukalapak saat Perayaan HUT ke-9 Bukalapak di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Achmad Zaky, pendiri salah satu marketplace terbesar di Indonesia yaitu Bukalapak, barangkali terkejut dengan cuitannya sendiri di media sosial Twitter.

Pada Kamis (14/2/2019), pria asal Solo, Jawa Tengah itu bercerita tentang dana riset dan pengembangan di Indonesia (Research and Development/R&D) yang dianggapnya masih ketinggalan dibandingkan negara lain.

Zaky menyatakan industri 4.0 adalah omong kosong apabila anggaran R&D di Indonesia hanya sekitar US$2 miliar pada 2016 atau lebih kecil dibandingkan dengan negara lain. Amerika Serikat misalnya, disebut mempunyai anggaran sebesar US$511 miliar.

Sementara itu, China menyiapkan anggaran senilai US$451 miliar, Jepang US$165 miliar, dan Singapura US$10 miliar.

"Mudah2an presiden baru bisa naikin," tulis pengusaha muda berusia 32 tahun tersebut di akun Twitter-nya yang memiliki lebih dari 20.000 pengikut.

Cuitan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) itu kemudian ditanggapi oleh para pengguna akun Twitter lainnya. Pengguna akun media sosial atau yang dikenal sebagai warganet (warga internet) itu tidak mempersoalkan cuitannya mengenai dana R&D, melainkan tentang harapan soal "Presiden Baru".

Jokowi, Achmad Zaky, dan #UninstallBukalapak

CEO dan Founder Bukalapak Achmad Zaky dalam halal bihalal dengan awak media di Jakarta, Selasa (3/7/2018)./Bisnis-Dedi Gunawan

Sontak, tulisan Zaky itu direspons negatif oleh para warganet. Tulisan soal "Presiden Baru" itu diartikan bahwa Zaky tidak mendukung Joko Widodo, Presiden Indonesia saat ini.

Jokowi kembali mencalonkan diri sebagai Presiden periode 2019-2024 dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 menghadapi rival lama, Prabowo Subianto.

Entah siapa yang memulai, para warganet kemudian mendorong para pengguna aplikasi Bukalapak untuk menghapus (uninstall) aplikasi itu di telepon genggam masing-masing. Mereka menyematkan tagar #UninstallBukalapak sebagai bentuk respons negatif terhadap pernyataan Zaky.

Tagar itu menjadi salah satu yang terpopuler di Twitter Indonesia saat ini, dengan jumlah cuitan hingga lebih dari 56.700. Tagar tandingan yaitu #DukungBukalapak belum mampu mengungguli #UninstallBukalapak.

Di Twitter, termasuk dalam balasan terhadap cuitan Zaky, para warganet mendemonstrasikan berbagai cara, seperti menunjukkan video, bahwa mereka telah menghapus aplikasi Bukalapak dari telepon genggam mereka. Belum dapat diketahui berapa orang yang menghapus aplikasi itu.

Sadar bahwa cuitannya mengundang kontroversi, Zaky menghapus cuitan itu dan meminta maaf.

"Bangun2 viral tweet saya gara2 "presiden baru" maksudnya siapapun, bisa Pak Jokowi juga. Jangan diplintir ya :) lets fight for innovation budget," tulis Zaky.

Mengapa warganet, terutama para pendukung Jokowi, memutuskan untuk menghapus aplikasi Bukalapak dan bahkan marah kepada Zaky? Sejumlah petunjuk berikut barangkali dapat menggambarkan latar belakang kemarahan sebagian orang tersebut.

Seperti diketahui, tidak semua acara yang mengundang Presiden akan dihadiri oleh yang bersangkutan karena berbagai alasan, termasuk soal prioritas atau kesibukan. Namun, Jokowi meluangkan waktu untuk menghadiri acara peringatan Hari Ulang Tahun ke-9 dan Peluncuran Mitra Bukalapak di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta pada 10 Januari 2019.

Dalam pidatonya, Jokowi menyampaikan soal potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. UMKM dianggap dapat membesarkan usaha melalui pasar dalam jaringan seperti yang dimiliki oleh Bukalapak.

Masih dalam pidato yang sama, Jokowi juga sempat mengungkapkan sejarah Bukalapak yang dibangun dengan modal yang relatif kecil.

"Yang saya lihat, Bukalapak ini adalah organisasi yang memiliki hati, yang memiliki jiwa, punya misi sosial, jauh di luar hanya sekadar mengejar profit dan keuntungan. Inilah saya kira yang menjadi contoh, menjadi teladan kita agar semua pelaku ekonomi digital kita ini meniru dan memiliki semangat yang sama," kata Presiden saat itu.

"Terakhir, saya mengucapkan selamat ulang tahun yang ke-9 kepada Bukalapak. Terima kasih atas kerja kerasnya, atas segala semangat positifnya dalam ikut membangun ekonomi di negara kita, Indonesia," ucap Jokowi lagi sebelum menutup pidatonya.

Selain pidato dalam acara tersebut, dia juga sering menyebut nama Bukalapak dalam berbagai pidato dan wawancara dengan wartawan mengenai ekonomi digital. Salah satu yang paling sering disebut Jokowi adalah Bukalapak sebagai 1 dari 4 unicorn asal Indonesia.

Jokowi, Achmad Zaky, dan #UninstallBukalapak

Presiden Joko Widodo berbincang dengan manajemen Bukalapak dalam peringatan HUT ke-9 Bukalapak di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Seperti diketahui, unicorn adalah istilah untuk menyebut perusahaan rintisan (startup) yang valuasinya lebih dari US$1 miliar.

Jokowi kerap menyebut potensi ekonomi digital Indonesia dalam sejumlah kesempatan. Belum lama ini, Presiden juga menerima Diajeng Lestari dan rombongannya sebagai tamu di Istana Merdeka, Jakarta.

Diajeng adalah istri Zaky yang mengelola marketplace untuk busana Muslim, HijUp. Dalam pertemuan itu, dia mengungkapkan permohonan insentif terkait bisnis mereka yang diklaim melibatkan banyak UKM.

Berbagai peristiwa itu diartikan oleh sebagian orang, terutama pendukung Jokowi dalam Pilpres 2019, bahwa Jokowi mendukung Bukalapak dan Zaky tidak mendukung Jokowi.

Benar tidaknya persepsi itu mungkin harus dibuktikan kembali. Namun, pelajaran dari situasi ini adalah sebuah cuitan tentang Presiden oleh pelaku usaha di media sosial pada masa kampanye politik ternyata bisa menimbulkan kontroversi, jika bukan kerugian, bagi sebuah bisnis yang sedang berkembang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yodie Hardiyan
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper