Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nigeria Harus Perluas Diversifikasi Bisnis

Janji kampanye kandidat presiden Nigeria untuk memperbaiki ekonomi agar dapat bersaing dengan Afrika Selatan akan sulit untuk dipenuhi jika negara masih sangat bergantung dengan produksi minyak.
Kota Lagos, Nigeria/Mail & Guardian
Kota Lagos, Nigeria/Mail & Guardian
Bisnis.com, JAKARTA -- Janji kampanye kandidat presiden Nigeria untuk memperbaiki ekonomi agar dapat bersaing dengan Afrika Selatan akan sulit untuk dipenuhi jika negara masih sangat bergantung dengan produksi minyak.
Turunnya harga dan output minyak Nigeria memicu kontraksi ekonomi pertama dalam 25 tahun pada 2016. 
Berdasarkan data pemerintah yang diterbitkan pada Selasa (12/2), ekonomi tumbuh 1,9% tahun lalu, menurut laporan yang diterbitkan Selasa. International Monetary Fund memperkirakan pertumbuhan ekonomi Nigeria sebesar 2% tahun ini.
Produsen minyak utama benua Afrika ini sangat bergantung pada minyak mentah, dengan bahan bakar menyumbang 90% dari pendapatan mata uang asing dan dua pertiga dari pendapatan pemerintah. 
Brookings Institution menyimpulkan dalam sebuah laporan, bahwa tanpa reformasi untuk mengurangi kecanduan minyaknya, Nigeria berisiko kehilangan momentum satu dekade dari pertumbuhan ekonomi yang terus bergerak stagnan. 
"Siapa pun yang menjadi presiden harus memastikan bahwa sektor-sektor ekonomi non-minyak yang berkinerja baik dapat didorong menjadi kompetitif secara global untuk memperluas instrumen ekspor," kata Phumelele Mbiyo, seorang ekonom di Standard Bank Group Ltd., seperti dikutip oleh Bloomberg, Kamis (14/2).
Presiden Muhammadu Buhari, 76, seorang mantan penguasa militer yang mencalonkan diri untuk masa jabatan periode kedua dalam pemungutan suara minggu ini, telah berjuang untuk memicu pertumbuhan ekonomi.
Pada kampanye periode pemilu sebelumnya dia menjanjikan pertumbuhan ekonomi akan mencapai 10% secara tahunan. Tapi janji tersebut belum terpenuhi, ditambah lagi dengan kontraksi produk domestik bruto (PDB) pada 2016.
Saingan utamanya adalah mantan Wakil Presiden Atiku Abubakar, seorang pengusaha sukses yang dituduh melakukan korupsi.
Pemenang pemilu 16 Februari akan menghadapi tugas mendiversifikasi ekonomi produsen minyak utama Afrika, mengurangi inflasi yang sangat tinggi dan memperbaiki kondisi kehidupan penduduk muda yang tumbuh pesat yang berjuang untuk mencari pekerjaan.
Bank Pembangunan Afrika mengatakan dalam perkiraan ekonomi pada 2018 untuk benua tersebut bahwa pertumbuhan tingkat pengangguran telah memicu kerusuhan dan ketidakpuasan sosial di Nigeria. Negara tersebut memiliki populasi hampir 200 juta orang.
"Pengangguran akan tetap menjadi masalah bahkan ketika ekonomi mulai booming, karena laju pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat dan mengalahkan ekspansi PDB," kata Michael Famoroti, seorang ekonom di Stears Business.
Nigeria, yang diperkirakan IMF akan menjadi negara terpadat ketiga di dunia pada 2050, membutuhkan fase pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat untuk meningkatkan pendapatan per kapita.
IMF juga menyarankan agar pemerintah secara signifikan mengurangi pengangguran serta tingkat kemiskinan yang tinggi. 
Tingkat utang publik Nigeria adalah salah satu yang terendah di seluruh dunia yaitu sekitar 21% dari produk domestik bruto PDB.
Namun, menurut CIA World Factbook, pengumpulan pajak yang lemah dapat membahayakan kemampuan negara untuk membayar kewajiban masa depan.
Meningkatnya tingkat utang bersama dengan kondisi pembiayaan yang lebih ketat telah mengangkat imbal hasil obligasi Nigeria, dimana hal ini menyebabkan penurunan penyaluran kredit ke bisnis swasta karena bank membeli utang pemerintah alih-alih memberikan pinjaman
Otoritas Nigeria telah mencoba untuk beralih dari pinjaman pemerintah dalam negeri dengan mengeluarkan hampir US$10 miliar dalam Eurobond dalam dua tahun terakhir. 
IMF mengatakan, pemerintah perlu mendiversifikasi ekonominya untuk meningkatkan pendapatan untuk membuka kredit swasta dan meningkatkan kinerja korporasi domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper