Bisnis.com, JAKARTA – Juru kunci Gunung Merapi Mas Bekel Anom Suraksosihono alias Mas Asih menilai fenomena lelehan lava gunung berapi di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta itu adalah fenomena wajar. Justru kalau tidak ada aktivitas letusan lava itu malah tanda-tanda membahayakan bagi Gunung Merapi.
"Seringnya guguran lava di Gunung Merapi dalam beberapa waktu terakhir merupakan hal yang wajar, karena Merapi merupakan gunung yang masih aktif," katanya di Sleman, Rabu (13/2/2018) seperti dilaporkan Antara.
Menurut dia, justru kalau tidak ada lelehan lava itu yang mengkhawatirkan karena kemungkinan Merapi tersumbat.
"Kalau tidak ada lelehan lava di Merapi itu tandanya tersumbat, kalau tersumbat bahaya. Merapi biasa memang seperti itu," katanya.
Menyikapi fenomena Gunung Merapi saat ini, Mas Asih mengingatkan kepada masyarakat, khususnya di lereng Merapi, agar waspada.
"Artinya waspada itu bukan karena status Merapi saat ini pada level Waspada tapi lebih kepada kesadaran diri akan potensi bencana," katanya.
Mas Asih mengatakan masyarakat Merapi memang sejak dahulu sudah waspada.
"Bukan karena statusnya, tapi memang harus waspada," katanya.
Kepala Desa Kepuharjo Heri Suprapto mengatakan dalam beberapa hari terakhir juga terdengar suara gemuruh dari Gunung Merapi, namun masyarakat tetap dalam keadaan tenang dan tidak khawatir selama rekomendasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta jarak amannya masih tiga kilometer dari puncak.
"Saya juga sudah memasang batas untuk jarak aman jadi warga mencari rumput tidak di atas. Yang saya khawatirkan justru wisatawan, jadi kalau ada gemuruh atau apa saya minta agar menjauhi arah sungai," katanya.
Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat dua kali guguran lava meluncur dari Gunung Merapi Selasa (12/2).
Melalui akun twitter BPPTKG yang dipantau Antara di Yogyakarta, berdasarkan data seismik, pada Selasa (12/2), pukul 00.00-06.00 WIB, di gunung api itu tercatat 17 kali guguran dengan durasi 10-60 detik.
Selain itu, dua kali guguran lava teramati meluncur dari Gunung Merapi ke arah Kali Gendol dengan jarak luncur 200 meter.
Berdasarkan laporan BPPTKG periode 1-7 Februari 2019 di Gunung Merapi tercatat satu kali gempa awan panas (PF), 25 kali gempa embusan (DG), dua kali gempa vVulkanik dangkal (VTB), empat kali gempa fase banyak (MP), 377 kali gempa guguran (RF), 11 kali gempa low frekuensi (LF) dan tujuh kali gempa tektonik (TT).
Intensitas kegempaan pada minggu ini lebih tinggi daripada minggu sebelumnya.
Analisis morfologi kubah lava Gunung Merapi yang terakhir dirilis BPPTKG, relatif masih sama dengan pekan sebelumnya, di mana volume kubah lava gunung itu telah mencapai 461.000 meter kubik dengan laju pertumbuhan 1.300 meter kubik per hari atau lebih kecil dari pekan sebelumnya.
Kubah lava masih stabil dengan laju pertumbuhan yang masih rendah, rata-rata kurang dari 20.000 meter kubik per hari.
Hingga saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status Gunung Merapi pada level II atau Waspada, dan untuk sementara tidak merekomendasikan kegiatan pendakian kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana.
BPPTKG mengimbau warga tidak melakukan aktivitas dalam radius tiga kilometer dari puncak Gunung Merapi.