Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Sebut Tidak Ada Pertemuan Dengan Xi Jinping Akhir Bulan Ini

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan dia tidak akan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping sebelum tenggat 1 Maret untuk mencegah tarif AS yang lebih tinggi pada barang-barang impor China.
Presiden AS Donald Trump berinteraksi dengan Presiden China Xi Jinping di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, AS, 6 April 2017./.Reuters-Carlos Barria TPX
Presiden AS Donald Trump berinteraksi dengan Presiden China Xi Jinping di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, AS, 6 April 2017./.Reuters-Carlos Barria TPX

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan dia tidak akan bertemu dengan Presiden Cina Xi Jinping sebelum tenggat 1 Maret untuk mencegah tarif AS yang lebih tinggi pada barang-barang impor China.

Pernyataan ini kembali menyulut kekhawatiran bahwa kedua pihak tidak akan mencapai kesepakatan sebelum akhir gencatan senjata 90 hari.

Dilansir dari Bloomberg, Trump menjawab "tidak" dan menggelengkan kepalanya pada hari Kamis ketika wartawan di Gedung Putih bertanya apakah dia akan bertemu dengan Xi bulan ini. Lalu dia menambahkan, "tidak mungkin." Tetapi Trump mengatakan keduanya "mungkin" bertemu nanti.

Trump mengatakan kepada wartawan bulan lalu bahwa ia berencana untuk bertemu Xi pada akhir Februari, menambahkan ada "peluang bagus" untuk mencapai kesepakatan.

Waktu hampir habis bagi AS dan China untuk mencapai kesepakatan sebelum batas waktu yang ditetapkan pemerintahan Trump sebelum memberlakukan kenaikan tarif atas barang-barang impor asal China senilai US$200 miliar.

Sementara AS mengatakan itu adalah tenggat waktu yang sulit, Trump juga menyarankan dia mungkin sepakan untuk memperpanjang negosiasi melampaui batas waktu tersebut jika ada kemajuan.

Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin memimpin sekelompok pejabat pemerintahan yang menuju Beijing pekan depan sebagai bagian dari pembicaraan perdagangan. Lighthizer mengatakan kepada wartawan pekan lalu bahwa tidak ada kesepakatan yang bisa dicapai.

Seorang pejabat senior pemerintahan mengatakan keputusan untuk tidak melanjutkan pertemuan antara Xi dan Trump sebelum 1 Maret tidak boleh dibaca sebagai tanda perundingan tersendat, melainkan karena jumlah pekerjaan yang masih perlu dilakukan oleh negosiator. Kedua pemimpin itu juga dapat berbicara melalui telepon, kata pejabat itu.

Ada kekhawatiran yang tumbuh di kalangan pejabat Gedung Putih bahwa Trump dapat menyetujui kesepakatan yang tidak membahas masalah inti seperti dugaan pencurian kekayaan intelektual China.

Namun presiden dan pejabat pemerintahan senior lainnya telah secara terbuka dan pribadi menyatakan bahwa negosiasi berjalan dengan baik dan bahwa kedua pihak terus menjembatani perbedaan mereka di setiap putaran pembicaraan.

Langkah selanjutnya

Dalam sebuah pertemuan di Gedung Putih Rabu (6/2/2019), tim perdagangan Trump membahas langkah selanjutnya untuk pembicaraan perdagangan, menurut seseorang yang mengetahui masalah tersebut.

Lighthizer dan Mnuchin tidak memiliki mandat untuk membawa kembali rancangan kesepakatan dari perjalanan mereka di Beijing, kata sumber tersebut.

Presiden AS menuju ke Asia untuk bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un di Vietnam pada 27- 28 Februari mendatang.

Derek Scissors, seorang pakar China di American Enterprise Institute mengatakan keterlambatan dalam pertemuan antara Trump dan Xi bukanlah pemecah kesepakatan.

“Pertemuan Trump dengan Xi membuat kemungkinan kesepakatan apa pun akan bertahan. Ketika disepakati bahwa mereka akan bertemu, diketahui pada waktu itu akan sulit untuk mencocokkan jadwal sebelum 2 Maret,” kata Scissors.

"Dengan sendirinya, penundaan sampai setelah 2 Maret bukanlah ancaman terhadap peluang kesepakatan," lanjutnya.

Penasihat ekonomi Trump, Larry Kudlow sebelumnya mengatakan di Gedung Putih bahwa pertemuan Trump-Xi "masih jauh dari terwujud" tetapi ia tetap yakin kedua pemimpin masih akan bertemu.

Kudlow menambahkan bahwa ia memiliki harapan positif tentang pembicaraan yang sedang berlangsung, dan mengatakan bahwa ia melihat semua masalah perdagangan antara kedua negara sebagai topik potensial untuk dibahas.

Namun, dia menolak mengatakan apakah dia mengharapkan para negosiator untuk mencapai kesepakatan sebelum akhir bulan, ketika Trump mengatakan dia akan menaikkan tarif dari 10% menjadi 25% pada barang impor China senilai US$200 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper