Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perundingan Perdagangan AS-China Terhambat Persoalan Kekayaan Intelektual

Sejak negosiator dari AS dan China duduk untuk berdiskusi di Beijing, Presiden Donald Trump telah berusaha untuk menenangkan investor dan mengklaim pembicaraan perdagangannya membuat langkah besar, namun masih ada hambatan yang masih nyata terlihat.
Perang dagang AS China/istimewa
Perang dagang AS China/istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Sejak negosiator dari AS dan China duduk untuk berdiskusi di Beijing, Presiden Donald Trump telah berusaha untuk menenangkan investor dan mengklaim pembicaraan perdagangannya membuat langkah besar, namun masih ada hambatan yang masih nyata terlihat.

Dilansir Bloomberg, menurut orang-orang yang mengetahui perkembangan diskusi tersebut, kedua pihak sejauh ini tidak membuat banyak kemajuan dalam masalah kesepakatan, terutama dalam hal kekayaan intelektual AS.

Tertahannya perkembangan soal kekayaan intelektual berbanding terbalin dengan perkembangan di bidang lain yang telah mengangkat pasar saham, termasuk laporan Bloomberg pada Jumat (19/1) bahwa Cina menawarkan jalan untuk mengurangi surplus neraca perdagangan dengan AS menjadi nol pada tahun 2024.

Putaran pembicaraan berikutnya dijadwalkan pada 30-31 Januari, ketika utusan ekonomi China Xi Jinping, Wakil Perdana Menteri Liu He akan mengunjungi Washington.

Dugaan pencurian kekayaan intelektual China dan praktik terkait yang memaksa perusahaan asing untuk menyerahkan teknologi demi mendapatkan akses ke pasar China membentuk bagian besar agenda selama tiga hari pembicaraan pada awal Januari. Namun, diskusi tersebut lebih merupakan penyampaian keluhan daripada negosiasi yang konstruktif, menurut para peserta.

Wakil Perwakilan Perdagangan AS Jeffrey Gerrish menghabiskan banyak waktu mengutip sebuah laporan AS yang digunakan untuk membenarkan tarif yang dikenakan atas barang-barang China senilai US$250 miliar. Sementara itu, para pejabat China menanggapi dengan mengulangi penolakan atas turudan tersebut dan meminta bukti dari pihak AS.

Kurangnya kemajuan dalam diskusi tentang masalah struktural seperti kekayaan intelektual ini dikonfirmasi oleh perwakilan perdagangan AS Robert Lighthizer dalam pertemuan dengan anggota parlemen pekan lalu.

Meskipun tidak jelas apakah AS membuat tuntutan baru pada kekayaan intelektual selama putaran pembicaraan terakhir, tahun lalu AS menyerukan China untuk menghilangkan kebijakan dan praktik spesifik yang terkait dengan transfer teknologi.

Hal ini termask menghentikan pencurian cyber yang disponsori pemerintah, memperkuat penegakan kekayaan intelektual dan mengakhiri dukungan pemerintah untuk industri yang ditargetkan dalam rencana Made in China 2025.

China telah secara terbuka membantah klaim AS tentang pencurian kekayaan intelektual dan pemindahan teknologi secara paksa. Mereka menegaskan telah memenuhi komitmen yang dibuat ketika bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada tahun 2001, termasuk dengan mendirikan pengadilan kekayaan intelektual khusus.

Trump mencoba untuk meningkatkan tekanan publik agar dicapainya sebuah perjanjian dengan mengatakan di Twitter bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi di China berarti "Sangat masuk akal bagi China untuk akhirnya melakukan kesepakatan yang sebenarnya, dan berhenti bermain-main!"

Kebuntuan kesepakatan kekayaan intelektual masuk ke jantung perang dagang Trump dan mempertanyakan kemampuannya untuk mengubah leverage yang ia ciptakan dengan tarif menjadi perubahan berarti pada kebijakan China. Ini juga menunjukkan potensi kejatuhan politik.

"Setiap kesepakatan perdagangan yang bernilai akan mengatasi pencurian kekayaan intelektual yang merajalela di China dan transfer teknologi paksa, baik untuk kebaikan ekonomi AS dan pekerja AS, serta keamanan nasional kita," kata Senator Marco Rubio.

Trump dan para pembantunya sendiri telah menggambarkan perlindungan kekayaan intelektual AS sebagai yang eksistensial bagi ekonomi. Pemerintahan Trump juga telah memulai penyelidikan federal terhadap Huawei Technologies Co. karena diduga mencuri rahasia teknologi dari perusahaan AS.

Penyelidikan ini dilakukan tidak lama setelah mengumumkan "Inisiatif China" yang dirancang untuk memprioritaskan kasus-kasus pencurian perdagangan dan mengadili mereka secepat mungkin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper