Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Beri Sinyal Tak Akan Naikkan Suku Bunga Hingga Maret

Bank Sentral AS (The Federal Reserve) memberikan sinyal penundaan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) hingga Maret 2019 atau lebih, sambil menunggu kejelasan terhadap risiko pertumbuhan global yang dapat mempengaruhi ekonomi AS.
Bank sentral AS The Federal Reserve/Reuters-Larry Downing
Bank sentral AS The Federal Reserve/Reuters-Larry Downing

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Sentral AS (The Federal Reserve) memberikan sinyal penundaan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) hingga Maret 2019 atau lebih, sambil menunggu kejelasan terhadap risiko pertumbuhan global yang dapat mempengaruhi ekonomi AS.

Hal tersebut tertuang dalam notulensi rapat kebijakan The Fed (FOMC Minutes) yang dilakukan pada 18 - 19 Desember 2018. Notulensi yang baru saja dirilis tersebut memberikan optimisme kepada pasar bahwa bank sentral mampu meredam pengetatan untuk sementara waktu.

Catatan dari pertemuan FOMC tersebut menunjukkan bahwa dewan gubernur dalam komite federal tersebut memilih untuk mengambil pendekatan penuh kehati-hatian dalam strategi stabilisasi mata uang dolar AS. Ditambah lagi dengan pernyataan Gubernur The Fed Jerome Powell pada akhir pekan lalu yang menyampaikan bahwa bank sentral berjanji untuk lebih bersabar dalam mengamati gejolak pasar sebelum kenaikan suku bunga berikutnya.

"Pesan yang saya dapat dari pernyataan The Fed adalah prospek pertumbuhan kuat tapi mereka akan menunggu kejelasan dan memastikan ekonomi stabil sebelum membuat kebijakan," kata Laura Rosner, seorang senior ekonom di MacroPolicy Perspectives LLC, dikutip melalui Bloomberg, Kamis (10/1).

Menurut Rosner, The Fed konsisten dan tegas untuk menunda kenaikan FFR dalam waktu dekat. Adapun, setelah The Fed meningkatkan suku bunga acuan pada Desember lalu, para bankir bank sentral Negeri Paman Sam mengatakan bahwa peningkatan berikutnya akan bergerak konsisten dengan pertumbuhan ekonomi. Investor pada awalnya menilai pernyataan pada bulan lalu sebagai sentimen hawkish, dan pasar merespon dengan pelemahan yang cukup dalam di pengujung 2018.

Sementara itu, Direktur Eksekutif UBS Securities Robert Martin mengatakan The Fed tampaknya kembali kompak dan pernyataan Powell pada Jumat lalu cukup menunjukkan kepekaan bank sentral terhadap respon pasar.

"Powell mengindikasikan jika ada kemungkinan risiko maka bank sentral akan menahan pengetatan suku bunga acuan. Hal ini yang tidak dia sampaikan dalam konferensi pers bulan lalu," ujar Martin.

Sebelumnya, Presiden Bank Sentral Chicago Charles Evans, yang juga merupakan salah satu peserta pada FOMC 2019 mengatakan dengan inflasi AS yang stabil pada kisaran target The Fed sebesar 2%, bank sentral AS punya cukup waktu untuk menunggu dan secara hati-hati mempertimbangkan laporan yang masuk sambil memperhatikan perkembangan lainnya.

Chief Bank Sentral Boston Eric Rosengren, peserta FOMC lainnya, juga mengatakan bahwa dewan komite dapat menunggu kejelasan kondisi pasar sebelum melakukan penyesuaian lebih lanjut.

Materi notulensi FOMC pada bulan lalu menyoroti berbagai risiko yang dihadapi oleh para pembuat kebijakan seperti kemungkinan pelemahan pertumbuhan ekonomi global yang lebih dalam, ekskalasi perang dagang, atau dampak yang lebih besar dari pengetatan suku bunga hingga saat ini.

Dari pertemuan pada bulan lalu, The Fed memproyeksikan kondisi ekonomi pada 2019 akan tumbuh di atas tren. Otoritas moneter AS itu juga memperkirakan tingkat penggangguran akan turun jauh.

Prakiraan tersebut sejalan dengan data tenaga kerja Amerika Serikat per Desember 2018 yang mencatat jumlah tenaga kerja tumbuh signifikan sejak 10 bulan terakhir dengan total tenaga kerja nonpertanian meningkat sebesar 312.000.

Adapun, Kepala Ekonom Barclays Capital Inc. di AS Michael Gapen mengatakan bahwa tingkat ketidakpastian masih sangat tinggi.

"Saya menangkap pesan The Fed bahwa mereka melihat adanya pelemahan pada sejumlah sektor yang mengindikasikan pertumbuhan akan sedikit melemah dalam beberapa tahun mendatang. Jadi lebih baik bersabar dan kita lihat kondisi berikutnya," ujar Gapen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper