Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Buruh Tekstil Bangladesh Protes Tuntut Kenaikan Upah

Produsen tekstil terbesar kedua dunia, Bangladesh tengah diamuk protes besar buruh garmen. Pemerintah diminta menaikan upah minimum.
Pekerja garmen protes menuntut kenaikan upah di Dhaka, Bangladesh, (9/1/2018)/Reuters-Salahuddin Ahmed
Pekerja garmen protes menuntut kenaikan upah di Dhaka, Bangladesh, (9/1/2018)/Reuters-Salahuddin Ahmed

Bisnis.com, JAKARTA- Produsen tekstil terbesar kedua dunia, Bangladesh tengah diamuk protes besar buruh garmen. Pemerintah diminta menaikan upah minimum.

Sejak sedekade belakangan, Bangladesh merupakan negara kedua setelah China sebagai pemasok terbesar produk tekstil. Upah rendah serta sumber tenaga kerja yang banyak, menjadikan negara Asia Tengah itu dilirik prinsipal produk tekstil dunia.

Sebagaimana dilaporkan Reurters, Rabu (9/1/2018), dalam sepekan terakhir, negara itu dikepung demonstrasi buruh pabrik tekstil. Massa memblokir jalan protokol sekitar Ibu Kota Dhaka.

Dalam beberapa hari protes, terjadi bentrokan antara massa dengan aparat keamanan. Protes memaksa pemerintah membuka dialog yang mempertemukan para pemilik pabrik, pemimpin serikat buruh, dan pemerintah.

Kementerian Perdagangan Bangladesh Tipu Munshi mengatakan pertemuan tersebut berupaya mencari solusi bersama. “Kami akan berupaya menyelesaikan masalah, harapannya terdapat solusi dalam satu bulan ini,” tegas Munshi.

Ribuan buruh melancarkan aksi turun ke jalan, membanjiri jalan protokol di utara Dhaka. Satu orang buruh tewas ditembus peluru aparat, belasan pekerja dan polisi mengalami cedera.

Sejauh ini, sektor tekstil merupakan penyangga paling utama bagi Bangladesh. Sebagai gambaran, nilai ekspor sektor tersebut mencapai US$30 miliar dalam setahun, mencakup beragam produk merek global.

Buruh tekstil di Bangladesh menuntut perbaikan upah minimum. Pada September, Pemerintah Bangladesh telah mengerek standar upah minimum sebesar 51% menjadi 8.000 taka, atau setara US$95 per bulan, kenaikan pertama sejak 2013.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Kahfi
Editor : Rahayuningsih
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper