Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Faktor SBY Bakal Dongkrak Elektabilitas Prabowo-Sandiaga?

SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat memang masih memiliki faktor pendongkrak suara Prabowo-Sandiaga.
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kedua kanan), Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kiri) dan Komandan Kogasma DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kanan) berfoto bersama sebelum melakukan petemuan di Kediaman Susilo Bambang Yudhoyono, kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (21/12/2018)./ANTARA-Galih Pradipta
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kedua kanan), Calon Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (kedua kiri) dan Komandan Kogasma DPP Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kanan) berfoto bersama sebelum melakukan petemuan di Kediaman Susilo Bambang Yudhoyono, kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (21/12/2018)./ANTARA-Galih Pradipta

Bisnis.com, JAKARTA — Sekretaris Jenderal PSI Raja Juli Antoni menanggapi wacana yang dilontarkan Andre Rosiade, Juru bicara BPN Prabowo-Sandiaga yang menyebut elektabilitas paslon besutannya akan menyalip Jokowi-Ma'ruf ketika Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) 'turun gunung'.

Sebelumnya Andre menyatakan survei internal BPN Prabowo-Sandiaga mengklaim elektabilitas Prabowo-Sandiaga sudah di atas 40%, sedangkan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf di bawah 50%. Sehingga faktor SBY dianggap mampu memperkecil selisih bahkan menyalip elektabilitas petahana.

"Ya kita lihat saja di Pilkada Jakarta pak SBY anaknya saja kalah. Apakah itu menunjukkan bahwa taji pak SBY tidak tajam, tidak bertaji lagi?" ujar pria yang akrab disapa Toni ini.

Toni menilai, sebenarnya dirinya percaya SBY sebagai Ketua Umum Partai Demokrat memang masih memiliki faktor pendongkrak suara Prabowo-Sandiaga. Tetapi dengan catatan, apakah SBY bisa menunjukkan ketegasan dalam menyikapi kasus kadernya Andi Arief yang dianggap menyebarkan hoaks tujuh kontainer surat suara.

"Taji pak SBY itu menurut saya harus diperlihatkan dalam menghadapi kasus Andi Arief saya kira. Kalau dia bisa memberikan sanksi pada Andi Arief, berarti dia masih bertaji," jelas Toni.

"Karena pak SBY itu selalu politik santun ya, dan Andi Arief memperlihatkan politik yang berseberangan dengan pak SBY. Nah, kira-kira pak SBY masih bertaji tidak untuk sekadar memberikan sanksi kepada orang semacam Andi Arief yang merusak citra Demokrat dan citra pak SBY?" tambahnya.

Kontra Produktif

Sebelumnya, Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbaru terkait elektabilitas pasangan Capres-Cawapres pada Pilpres 2019. Hasilnya, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin unggul atas Prabowo-Sandiaga dengan masing-masing mencapai elektabilitas 54,9% berbanding 34,8%.

Pengamat politik dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Leo Agustino menilai sikap Wakil Sekjen Partai Demokrat Andi Arief dapat menggerus perolehan suara partai itu pada Pemilu 2019.

Leo menilai cuitan Andi Arief terkait tujuh kontainer surat suara tercoblos yang kemudian dinyatakan sebagai hoaks oleh KPU serta sikap Andi Arief yang "menyerang" sejumlah pihak bisa menurunkan simpati pada Demokrat.

"Menurut pendapat saya sudah kelewat batas. Dengan 'menembak' penyelenggara Pemilu, saya kira pemilih menjadi lebih tidak lagi tertarik lagi dengan Partai Demokrat," kata Leo dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Selasa (8/1/2019).

Dosen Ilmu Politik Universitas Padjajaran Bandung Firman Manan menilai sikap Wakil Sekjen Partai Demokrat (PD) Andi Arief bisa kontraproduktif bagi citra bahkan elektabilitas partainya.

"Pola yang digunakan oleh Andi Arief berbeda dengan citra Partai Demokrat yang selama ini terbangun di mata publik," kata Firman dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Selasa.

Susilo Bambang Yudhoyono sebagai tokoh sentral selama ini membangun Partai Demokrat sebagai partai yang bercitra santun.

Sosok Sentral

Adapun dalam survei yang dilakukan Lembaga Riset Publik (LRP) menunjukkan responden saat menentukan pilihan mencermati visi dan citra partai meski masih memerhatikan sosok atau tokoh sentral di partai politik.

LRP melibatkan 1.200 responden di 34 Provinsi di Indonesia yang telah memiliki hak pilih dengan teknik "multistage random sampling". Margin of error survei tersebut diperkirakan kurang lebih 2,9% dengan tingkat kepercayaan 95% dan dilakukan pekan keempat Desember 2018.

"Kami menanyakan kepada responden, jika pemilu anggota legislatif dilakukan hari ini, partai politik mana yang dipilih? Hasilnya sebanyak 31,2 persen memilih PDI Perjuangan," kata Direktur Riset LRP Arvan Maulana dalam konferensi pers di Jakarta, Minggu (6/1/2019).

PDIP dipilih karena dianggap berpihak pada rakyat kecil atau sebesar 23,8%. Partai Gerindra menduduki urutan kedua dengan elektabilitas sebesar 17%, diikuti Partai Golkar di posisi ketiga dengan 7,2%.

"Gerindra dan Golkar dianggap memiliki visi, misi, dan program yang bagus atau sebesar 26,5 persen," ujarnya.

Di posisi keempat dan kelima menurut dia adalah Partai Demokrat dan PKB dengan elektabilitas masing-masing 5,3%.

Ia mengatakan bahwa Partai Demokrat dipilih karena pemilih suka dengan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan PKB dipilih karena dianggap mewakili kepentingan umat Islam.

Elektabilitas parpol lainnya adalah Partai NasDem (3,3%), PKS (3%), PAN (2,9%), PPP (2,8%), PBB (2,5%), Hanura (1,9%), Partai Perindo (1,5%), PSI (1,2%), PKPI (0,8%), Partai Berkarya (0,5%), dan Partai Garuda (0,4%).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Miftahul Ulum
Sumber : Bisnis & Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper