Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Akan Optimalkan Penggunaan Teknologi dalam Pengawasan Reformasi Pajak

 Otoritas pajak di China dikabarkan akan meningkatkan pengawasan kepemilikan kekayaan masyarakat menengah ke atas dengan menggunakan teknologi modern yaitu platform Golden Tax System Phase III yang semakin sering digunakan untuk menelusuri seluruh sumber pendapatan masyarakat.
ilustrasi/Bloomberg
ilustrasi/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas pajak di China dikabarkan akan meningkatkan pengawasan kepemilikan kekayaan masyarakat menengah ke atas dengan menggunakan teknologi modern yaitu platform Golden Tax System Phase III yang semakin sering digunakan untuk menelusuri seluruh sumber pendapatan masyarakat.

Sistem ini memberi ruang bagi otoritas untuk menelusuri berbagai data terkait perpajakan, yang selama ini tersebar dalam beberapa kewenangan kementerian, ke dalam satu platform. Teknologi baru ini juga dapat mempercepat proses identifikasi dengan menahan masyarakat untuk menyebar sumber kekayaan mereka ke dalam beberapa akun atau identitas lain guna menghindari pajak tinggi.

Kantor berita Xinhua mengabarkan, pengetatan pajak tidak hanya diperuntukkan bagi para taipan. Pemerintah China telah menurunkan ambang batas pelanggaran pajak menjadi sebesar 100.000 yuan atau senilai US$14.600 dari ambang batas sebelumnya sebesar 1 juta yuan untuk menahan mereka bepergian ke luar negeri.

Pada perkembangan lain, Pemerintah China tengah menyiapkan kebijakan pajak properti yang diprediksi berlaku pada 2020.

Jason Mi mengatakan, meskipun tarif pajak dan detail yang diberikan masih belum jelas, prospek pajak telah menyebabkan orang dengan kepemilikan aset apartemen khawatir dan menyebabkan properti sebagai instrumen investasi kurang diminati.

Sebelumnya, miliarder China memang telah tampak berlomba-lomba ‘memarkirkan’ aset dan pendapatannya dalam rekening trust di luar negeri.

Head of Wealth Planning Bank of Singapore Woon Shiu Lee mengatakan bahwa klien dari China yang tertarik dengan overseas trust telah melonjak hingga 35% sejak paruh kedua tahun lalu.

Adapun, Boston Consulting Group Inc. juga mencatat kenaikan tingkat kekayaan perorangan secara global telah mencapai rekor sebesar US$201,9 triliun pada 2017 didorong oleh suntikan likuiditas dari bank sentral di negara maju pascakrisis 2008.

Karena stimulus tersebut mendorong orang-orang kaya di sejumlah negara menjadi semakin kaya, AS dan Eropa pun mengambil kebijakan untuk memperketat aturan. Pasalnya, terlalu banyak uang yang beredar ternyata justru meningkatkan tindak kriminal pencucian uang.

Bloomberg mencatat, beberapa miliarder China telah banyak yang menggunakan layanan trust tersebut.Wa Yajun, seorang pengembang dengan kekayaan bersih sekitar US$7,5 miliar memegang hampir setengah dari kerajaan propertinya, Longfor Group Holdings. Aset itu terdaftar di Kepulauan Cayman lewat trust milik keluarga. Pada bulan lalu, dia sempat memindahkan aset tersebut ke trustee lain atas nama putrinya.

Selain Wang, pemegang trust kekayaan lainnya adalah Zhang Shiping, yang menggunakan trust di Kepulauan Cayman untuk memegang saham mayoritas produsen aluminium terbesar di Negeri Panda, China Hongqiao Group.

“Pebisnis China adalah orang-orang yang gugup dan suka bertindak pada menit terakhir,” kata Jason Mi, Kamis (3/1/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper