Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Author

M. Taufikul Basari

Editor

Lihat artikel saya lainnya

Perubahan Iklim dari Meja Makan Kita

Cara sederhana adalah menggeser pola konsumsi Anda, dengan mengurangi konsumsi daging merah dan susu. Ini terbukti manjur, karena mengurangi konsumsi daging merah menjadi dua kali per minggu akan mengurangi dua pertiga lahan peternakan global.
Memotong daging/Istimewa
Memotong daging/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA -- Konferensi perubahan iklim atau Conference of the Parties (COP) ke-24 yang diadakan di Polandia telah selesai. Berlangsung di Kotawice, yang secara kotradiktif adalah salah satu kota yang ekonominya mengandalkan dari batu bara, COP24 meneruskan ‘tradisi’ tahunan upaya umat manusia menghadapi ‘kiamat.’

Kiamat, karena kenaikan suhu beberapa derajat di bumi bakal memusnahkan sebagian besar mahluk hidup, menenggelamkan pulau-pulau kecil, dan menghapus kota-kota besar di tepi pantai dari peta dunia, termasuk Jakarta.

Karena itu, perubahan iklim menandai ketidakdilan yang paling nyata saat ini. Pasalnya, penerima dampak terbesar bukanlah pihak-pihak yang menjadi penyebab. Orang-orang kaya bepergian dengan pesawat dan kendaraan pribadi, menerima manfaat kapital terbesar dari penambangan batu bara dan pembukaan hutan untuk perkebunan dan pertanian, tetapi mereka paling sedikit menerima dampak pemanasan global.

Justru, kelompok orang yang pertama kali akan tenggelam akibat meningkatnya permukaan air laut adalah mereka yang ada di kepulauan Pasifik, atau masyarakat miskin yang hidup di kawasan kumuh dekat pantai. Oleh sebab itu, wajar jika Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta semua pihak untuk bersama-sama menangani dampak perubahan iklim dan bekerja keras menahan peningkatan rerata suhu bumi.

COP sendiri fokus pada penggalangan upaya bersama para pihak, termasuk Indonesia, melakukan pengurangan emisi gas rumah kaca dari mobil, truk, dan mesin lainnya yang berbahan bakar fosil. Emisi gas rumah kaca juga dihasilkan oleh pembukaan hutan untuk lahan pertanian atau perkebunan.

Pemenang penghargaan Nobel Perdamaian tahun 2007 Riccardo Valentini, yang juga profesor ekologi hutan, menulis bahwa salah satu sumber emisi yang tidak banyak mendapat perhatian justru berasal dari atas piring kita, alias makanan yang sehari-hari kita konsumsi.

Makanan juga menjadi penanda ketimpangan. Valentini menyebut bahwa negara-negara berkembang, sekitar 821 juta orang saat ini menderita kelaparan. Sementara itu, negara-negara kaya membuang banyak makanan setiap tahun yang cukup untuk memberi makan 750 juta orang. Inilah kenapa di beberapa negara, membuang makanan adalah sebuah kejahatan.

Salah satu cara kita untuk bisa mengurangi emisi dari pola makan sehari-hari adalah dengan menekan angka konsumsi daging dan susu. Pasalnya, sapi mengeluarkan sejumlah besar metana yang memerangkap panas. Selain itu, pembukaan lahan untuk peternakan menghasilkan karbon dioksida yang signifikan.

“Jika industri daging dan susu adalah sebuah negara, maka negara tersebut merupakan penghasil gas rumah kaca ketiga terbesar di dunia, berada di bawah Amerika dan China,” tulis Valentini di Project Syndicate.

Cara sederhana adalah menggeser pola konsumsi Anda, dengan mengurangi konsumsi daging merah dan susu. Ini terbukti manjur, karena mengurangi konsumsi daging merah menjadi dua kali per minggu akan mengurangi dua pertiga lahan peternakan global.

Tambah lagi, ternyata peternakan hewan menggunakan sekitar 80% dari lahan pertanian di dunia namun hanya memproduksi 18% kalori kita. Lebih buruk lagi adalah ancaman terhadap air bersih, karena peternakan menyedot cukup banyak sumber daya ini.

Tanpa perlu berbusa-busa membela upaya mengatasi perubahan iklim, Anda bisa berkontribusi dengan memulainya dari atas piring. Tindakan tersebut bisa jadi lebih nyata daripada COP 24 yang barangkali sebagian dana penyelenggaraannya berasal dari bisnis batu bara. Ini juga bisa jadi resolusi Anda untuk 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper