Bisnis.com, JAKARTA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM mengimbau masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawah.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda hingga Kamis pagi (27/12), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM meningkatkan aktivitas Gunung Anak Krakatau dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) terhitung pukul 06.00 WIB.
Sementara itu, seperti diberitakan Antara, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan, I Ketut Sukarta, mengatakan, bahwa pihaknya pada Kamis, akan menjemput warga yang masih bertahan di Pulau Sebesi.
Menurut Sukarta, ada lima ratusan warga Pulau Sebesi yang meminta dievakuasi dari pulau tersebut mengingat status Gunung Anak Krakatau (GAK) ditingkatkan menjadi Siaga III.
"Dari ribuan warga di sana, ada lima ratusan warga minta dijemput hari ini," katanya.
Dia mengatakan, bahwa pihaknya akan mengupayakan secepatnya menjemput warga di sana menggunakan satu kapal milik TNI - AL untuk proses evakuasi.
Ia menjelaskan, sudah berkoordinasi dengan pihak intel Danlanal untuk segera menyiapkan kapal yang diperlukan menjemput warga Pulau Sebesi.
Sukarta menyebutkan pihaknya akan selalu memberikan imbauan dan peringatan kepada masyarakat Pulau Sebesi yang belum mengungsi agar segera dapat meninggalkan pulau tersebut mengigat status GAK.
"Kami sudah berusaha mengimbau mereka, namun masih ada yang tidak ingin dievakuasi," katanya.
Sebelumnya Satgas gabungan dari BPBD, TNI - POLRI dan elemen lainnya sudah mengevakuasi warga Pulau Sebesi sebanyak 1.616 orang.
Imbauan PVMBG
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM mengimbau agar masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius 5 km dari kawah.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda hingga Kamis pagi (27/12), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi Kementerian ESDM meningkatkan status aktivitas Gunung Anak Krakatau dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga) terhitung pukul 06.00 WIB.
Sekretaris Badan Geologi Antonius Ratdomopurbo mengatakan bahwa peningkatan status ini didasarkan pada hasil pengamatan dan analisis data visual maupun instrumental hingga tanggal 27 Desember 2018 pukul 05:00 WIB.
"Saat hujan abu turun, masyarakat diminta untuk mengenakan masker dan kacamata bila beraktivitas di luar rumah," katanya melalui keterangan resmi, yang diterima Bisnis pada Kamis (27/12/2018).
Ratdomopurbo juga meminta masyarakat di wilayah pantai Provinsi Banten dan Lampung untuk tetap tenang dan dapat melakukan kegiatan seperti biasa dengan senantiasa mengikuti arahan BPBD setempat.
Hujan Abu dan Potensi Bahaya
Pada 26 Desember terjadi hujan abu vulkanik di beberapa wilayah, yakni di Cilegon, Anyer dan Serang. Tim Tanggap Darurat PVMBG telah melakukan cek lapangan, untuk mengkonfirmasikan kejadian tersebut dan melakukan sampling terhadap abu vulkanik yang jatuh.
Terkait potensi bencana erupsi Gunung Anak Krakatau, Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) menunjukkan hampir seluruh tubuh Gunung Anak Krakatau yang berdiameter kurang lebih 2 km merupakan kawasan rawan bencana.
Menurut Ratdomopurbo potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini adalah lontaran material pijar, aliran lava dari pusat erupsi dan awan panas yang mengarah ke selatan, sementara sebaran abu vulkanik tergantung dari arah dan kecepatan angin.
Gunung Anak Krakatau yang terletak di Selat Sunda adalah gunung api strato tipe A dan merupakan gunung api muda yang muncul dalam kaldera, pasca-erupsi paroksimal 1883 dari kompleks vulkanik Krakatau.
Aktivitas erupsi pascapembentukan dimulai sejak 1927, pada saat tubuh gunung api masih di bawah permukaan laut. Tubuh Anak Krakatau muncul ke permukaan laut sejak 1929.
Sejak saat itu dan hingga kini Gunung Anak Krakatau berada dalam fasa konstruksi atau membangun tubuhnya hingga besar.
Saat ini Gunung Anak Krakatau mempunyai elevasi tertinggi 338 meter dari muka laut (pengukuran September 2018). Karakter letusannya adalah erupsi magmatik yang berupa erupsi eksplosif lemah (strombolian) dan erupsi efusif berupa aliran lava.
Perkembangan pada 22 hingga 26 Desember 2018, teramati asap kawah utama berwarna kelabu hingga hitam dengan intensitas tipis hingga tebal tinggi sekitar 200-1.500 meter dari puncak.
Berdasarkan data Citra Sentinel tanggal 11 Desember 2018 dan 23 Desember 2018 terlihat bahwa sebagian lereng sektor Barat sampai Selatan terlihat telah mengalami longsor yang diperlihatkan dari perbandingan citra sebelum dan sesudah kejadian tsunami.
Pada periode tersebut terjadi gempa Tremor Menerus dengan amplitude 08-31 mm, dominan 25 mm.