Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Tiga "Fenomena Bencana Langka" di Indonesia Tahun 2018

Tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018) dan gempa beruntun di sisi utara pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Minggu (29/7/2018) dan tsunami Selat Sunda fenomena langka.
Letusan Gunung Anak Krakatau terlihat dari foto udara yang diambil dari pesawat Cessna 208 B Grand Caravan milik Maskapai Susi Air di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Letusan Gunung Anak Krakatau terlihat dari foto udara yang diambil dari pesawat Cessna 208 B Grand Caravan milik Maskapai Susi Air di Selat Sunda, Minggu (23/12/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Bencana tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu (22/12/2018) pukul 21.30 WIB disebut merupakan salah satu fenomena bencana yang langka.

Hal ini diungkapkan Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, Selasa (25/12/2018).

"Jadi ada 3 fenomena [bencana] yang langka tahun 2018 ini, yang menimbulkan korban jiwa dan kerugian ekonomi yang begitu besar," ungkap Sutopo, Selasa (25/12/2018).

Dalam hal ini, Sutopo menyinggung tsunami yang terjadi di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah pada Jumat (28/9/2018) dan gempa beruntun di sisi utara pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat pada Minggu (29/7/2018).

Menurutnya, ketiga bencana yang terjadi pada 2018 ini merupakan fenomena bencana yang langka.

Seperti diketahui, bencana di Palu-Donggala dikenal bukan hanya karena tsunami, tetapi juga memiliki fenomena likuefaksi (pencairan tanah) terbesar di dunia yang menyebabkan 2.101 meninggal dunia, 1.373 hilang, 4.428 luka-luka, dan 221.450 mengungsi.

Sedangkan gempa di Lombok, NTB dikenal sebab gempa yang terjadi bukan hanya satu kali, melainkan diikuti ratusan kali gempa susulan sehingga mengakibatkan 541 meninggal dunia, dan 11.510 mengungsi.

"Tsunami yang terjadi di Selat Sunda juga fenomena langka karena dipicu oleh longsoran bawah laut dan erupsi dari Anak Gunung Krakatau," ujar Sutopo.

Sutopo menjelaskan fenomena tsunami Selat Sunda ini langka sebab erupsi dari Anak Gunung Krakatau pada saat itu tidak sebesar erupsi yang terjadi di bulan Oktober atau November 2018.

Sutopo juga menyebut fenomena langka ini akan dipelajari lebih lanjut dalam rangka mitigasi bencana yang bisa jadi disebabkan Anak Gunung Krakatau di masa depan.

"Energinya memang tidak besar, tapi kenapa bisa menyebabkan longsor? Ini masih dalam penelitian, [yang diketahui sekarang] masih dugaan semua," tambahnya.

Hingga kini, data sementara yang berhasil dihimpun Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana hingga Selasa (25/12/2018) pukul 13:00 WIB tercatat 429 orang meninggal dunia, 1485 orang luka-luka dan 154 orang hilang.

Sutopo memang menyatakan bahwa dampak tsunami Selat Sunda tidak akan lebih besar dari tsunami Sulteng atau gempa NTB. Tetapi Sutopo menyebut tidak menutup kemungkinan jumlah korban ataupun kerugian materiel masih akan terus bertambah.

"Data ini adalah data sementara dan tentu nanti akan bertambah jumlahnya,” jelas Sutopo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper