Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Empat Sindiran Tim Jokowi-Ma’ruf untuk Tim Prabowo-Sandi

Perang sindiran antara tim calon presiden atau capres inkumben Jokowi -Ma'ruf Amin dan tim Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kembali terjadi.
Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin berfoto bersama sebelum rapat kerja nasional di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (27/10)./Bisnis-Peni Widarti
Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma'ruf Amin berfoto bersama sebelum rapat kerja nasional di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (27/10)./Bisnis-Peni Widarti

Bisnis.com, JAKARTA - Perang sindiran antara tim calon presiden atau capres inkumben Jokowi -Ma'ruf Amin dan tim Prabowo Subianto-Sandiaga Uno kembali terjadi.

Teranyar, tim kampanye nasional (TKN) Jokowi-Maruf menilai rencana markas pemenangan tim Prabowo-Sandiaga sebagai sebuah gimmick politik.

Anggota Dewan Penasihat Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf Romahurmuziy berujar, gimmick politik itu sengaja dilontarkan kubu 02 agar tim Jokowi tak konsentrasi menggarap daerah yang menjadi basis suara Prabowo.

"Yaitu di Jabar (Jawa Barat), Banten, dan kemudian beberapa Provinsi Sumatera yang kemarin Pak Jokowi masih kalah," kata Romahurmuziy di Kompleks Parlemen, Kamis (13/12/2018).

Sebelumnya, Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandiaga Sudirman Said mengungkapkan tengah menimbang rencana untuk memindahkan markas pemenangan di Jawa Tengah.

Sudirman menuturkan pemindahan merupakan upaya memenangkan pasangan calon nomor urut 02 itu di Jawa Tengah. Sudirman optimistis bakal memecah suara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang selama ini menjadi pemenang pemilihan umum di Jawa Tengah.

Meski sejumlah pengamat menilai aksi saling sindir kedua tim tersebut sebagai hal yang dangkal, hal tersebut hingga kini masih terjadi.

Berikut sindiran kubu Jokowi-Ma'ruf terhadap tim Prabowo-Sandiaga.

1. Disebut Gunakan Strategi Donald Trump

Tim sukses pasangan Jokowi-Ma'ruf menuding bahwa kubu penantang menggunakan propaganda politik seperti yang digunakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Influencer Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Budiman Sudjatmiko mengatakan strategi itu juga digunakan saat Trump memenangkan pemilihan presiden pada 2016.

Adapun propaganda yang dimaksud adalah menggunakan teknik kampanye bernama Firehose of Falsehoods yang memanfaatkan kebohongan sebagai alat politik. Salah satunya lewat kasus kebohongan yang dilakukan oleh aktivis Ratna Sarumpaet yang juga mendukung Prabowo-Sandiaga.

2. Relawan Emak-emak Prabowo sebagai Objek Politik

Kubu pendukung Jokowi-Ma'ruf melontarkan sindiran terhadap relawan emak-emak yang menyatakan dukungan kepada Prabowo-Sandiaga. Sindiran tersebut disampaikan oleh sayap dukungan dari relawan Perempuan Bravo-5.

Ketua Divisi Perempuan Bravo-5 Nurmala Kartini Sjahrir mengatakan konotasi emak-emak seolah hanya meletakkan perempuan sebagai objek.

Ketua Divisi Perempuan Bravo-5 Nurmala Kartini Sjahrir mengatakan konotasi emak-emak seolah hanya meletakkan perempuan sebagai objek. Sedangkan konotasi yang ingin dibangun timnya adalah perempuan sebagai subjek politik.

Karena itu, kata Kartini, Perempuan Bravo-5 tak akan menggunakan emak-emak sebagai objek politik dalam pemilihan presiden 2019, seperti halnya yang dilakukan oleh kubu Prabowo dan Sandiaga. "Kami tidak meletakkan emak-emak di isu domestik saja. Kalau kubu sebelah mau menjadikan itu gimmick politik, terserah," ujar Kartini.

3. Jokowi Cs Sarankan Prabowo Atur Ulang Strategi Kampanye

Sekretaris Tim Kampanye Nasional Jokowi - Ma'ruf, Hasto Kristiyanto, menyinggung strategi kampanye yang diterapkan kubu calon presiden Prabowo-Sandiaga. Hasto mengatakan seharusnya kontetasi pemilihan presiden menawarkan strategi yang penuh gagasan. Bukan strategi menyerang dengan hoaks, menakut-nakuti, atau meniru model pilpres negara lain.

Sekretaris Jenderal PDIP ini pun menyinggung beberapa pernyataan Prabowo dalam pidatonya, seperti ancaman Indonesia bubar dan hoax Ratna Sarumpaet. Dia pun menyarakan tim kampanye Prabowo untuk memikirkan ulang strategi kampanyenya.

"Selayaknya ditinjau ulang, diganti dengan kampanye ala Indonesia yang santun dan penuh kegembiraan," ujarnya.

4. Meributkan Efek Ekor Jas

Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Ahmad Basarah menyindir koalisi Prabowo-Sandiaga soal polemik efek ekor jas atau coattail effect.

Dia mengatakan partai koalisi Jokowi-Ma'ruf tak pernah meributkan mengenai coattail effect.

"Memang goodwill kami tidak untuk mengambil semua," kata Basarah di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (13/12/2018).

Basarah mengatakan koalisi Jokowi - Ma'ruf sudah sepakat untuk membagi porsi kekuatan.

Ribut mengenai efek ekor jas ini pertama kali muncul dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang mengatakan pemilihan legislatif atau pileg 2019 lebih berat karena partainya tak memiliki capres atau cawapres.

SBY menuturkan hanya PDIP dan Gerindra yang akan diuntungkan dalam pileg 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : JIBI
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper