Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang AS vs China, Lagarde Imbau Pasar Jangan Terlalu Reaktif

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengimbau agar investor tidak bereaksi dengan segala perkembangan yang terjadi dalam perang dagang.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde berbicara dalam sesi pleno Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018).ANTARA-Afriadi Hikmal
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde berbicara dalam sesi pleno Pertemuan Tahunan IMF - World Bank Group 2018 di Bali Nusa Dua Convention Center, Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10/2018).ANTARA-Afriadi Hikmal

Bisnis.com, JAKARTA—Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde mengimbau agar investor tidak bereaksi dengan segala perkembangan yang terjadi dalam perang dagang. Pasalnya, dia menilai, akan membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai kesepakatan antara Amerika Serikat dan China.

“Sudah ada itikad baik, kemudian akan disusul kerja keras [untuk menyelesaikan masalah], dan harus ada pemahaman bahwa tidak semua isu bisa diselesaikan dalam satu waktu,” ujar Lagarde, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (7/12/2018).

Dalam wawancara bersama CNBC, Lagarde berharap AS—China dapat menyusun bingkai kerja kesepakatan hubungan dagang dalam periode gencatan senjata saat. ini.

“Apa yang terjadi pada pekan lalu seharusnya menjadi alasan baik untuk sedikit lega karena kepala pemainnya bersedia untuk duduk, berunding, dan berdiskusi mengenai masalah yang menjadi batu sandungan dalam perdagangan,” imbuh Lagarde.

Adapun, dalam pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping pekan lalu di Buenos Aires, Argentina, keduanya sepakat untuk tidak akan memberlakukan maupun mengumumkan tarif baru selama perundingan masih berlangsung.

AS dan China pun dijadwalkan memasuki masa negosiasi selama 90 hari untuk menyelesaikan beberapa isu yang dikeluhkan Washington terhadap Beijing, seperti praktik perdagangan tidak adil, pencurian kekayaan intelektual, hambatan nontarif, pencurian siber, serta sejumlah isu di sektor jasa dan pertanian.

“Pertanyaannya sekarang, seberapa cepat hasilnya akan keluar. Dan itulah di mana pasar mungkin jadi tidak sabar dan ingin hasilnya keluar hari ini. Well, sayangnya ketika kita merundingkan isu besar seperti pencurian kekayaan intelektual, subsidi BUMN, biaya sewa, ‘pemerasan’ ini-itu, semuanya memakan waktu yang lama,” tutur Lagarde.

Sebelumnya, pasar telah menyambut baik hasil pertemuan kedua kepala negara tersebut pada perdagangan Senin (3/12/2018). 

Namun kemudian, penguatan tersebut tidak bertahan lama dan pasar kembali melemah karena Pemerintah AS gagal menjelaskan rincian kesepakatan yang tercapai dalam pertemuan tersebut pada hari berikutnya.

Pasalnya, perbedaan pengumuman dari AS dan China mengenai rincian pertemuan Trump--Xi membuat pelaku pasar kebingungan dengan sinyal-sinyal perkembangan hubungan dagang antara AS dan China.

Penurunan tersebut semakin dalam pada Kamis (6/12/2018) akibat pemberitaan tentang penangkapan Direktur Keuangan (CFO) Huawei di Kanada. 

Penangkapan yang dilakukan oleh Kementerian Kehakiman Kanada berdasarkan permintaan dari Kementerian Kehakiman AS tersebut dikhawatirkan kembali memperburuk hubungan AS—China yang baru saja memasuki periode gencatan senjata.

Indeks saham berjangka di AS, S&P 500 turun tipis pada Jumat (7/12/2018), yield obligasi Pemerintah AS masih bertahan di sekitar 2,90%.

Selain itu, pasar AS juga tertekan karena data ekonomi AS menunjukkan defisit dagang dengan China telah menyentuh rekor tertingginya, yang mengindikasikan bahwa strategi tarif Trump ternyata tidak efektif.

Data dari Biro Analisis Ekonomi AS mencatat, defisit dagang AS tumbuh lebih dari 11% pada Oktober dibandingkan pada tahun sebelumnya. 

Bloomberg mencatat, jika defisit tersebut terus berlanjut hingga akhir tahun, defisit perdagangan AS dapat menembus US$600 miliar untuk pertama kalinya, atau naik lebih dari US$100 miliar sejak Trump menjabat pada Januari 2017.

 

 

 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper