Bisnis.com, JAKARTA — Pagelaran kongres kebudayaan Indonesia yang akan dilaksanakan pada 5-9 Desember 2018 nanti akan disediakan jamu dan instalasi panggung berbentuk kubah yang terbuat dari bambu.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan, Sri Hartini.
"Saya kira jamu ini kan banyak manfaatnya ya, tentu akan ada workshop bagaimana cara membuat jamu, ini kan pengetahuan tradisional, supaya masyarakat juga tahu bahwa kita [Indonesia] punya obat atau jamu tradisional yang lebih manjur daripada obat kimia," tutur Sri Hartini pada acara jumpa media menjelang Kongres Kebudayaan pada 5-9 Desember 2018 di Gedung A Kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (3/12/2018).
Sehingga hadirnya jamu pada acara yang digelar lima tahun sekali itu adalah ajang Kemendikbud untuk mengenal jamu sebagai salah satu bentuk dari pengetahuan tradisional Indonesia.
"Jadi nanti kita sama-sama lihat bagaimana cara membuat, meminum dan khasiat dari kamu juga bisa dibuktikan nanti," tuturnya.
Selain itu, pada Kongres Kebudayaan kali ini juga ada Panggung Kubah Bambu yang dibuat oleh arsitek asal Yogyakarta Novi Kristinawati Sutono.
Novi merasa tertantang untuk menggunakan bambu, yang seringkali disepelekan orang, menjadi sebuah karya instalasi raksasa.
"Material bambu layak dikembalikan menjadi bagian penting kebudayaan Indonesia," kata Novi.
Sebagai karya instalasi yang unik, panggung bambu karya Novi memiliki diameter 20 meter, tinggi 10 meter, dan menggunakan sekitar 1.400 bilah bambu.
Panggung bambu kongres kebudayaan Indonesia menyerupai kubah, ditutupi dengan materi transparan sebagai atapnya. Dalam proses pemasangan, Novi dibantu 17 orang dan membutuhkan waktu hampir dua pekan.
"Kekuatan bambu adalah ketika saya bisa memanfaatkan kelenturannya. Bambu berbeda dengan baja. Keunikan bambu adalah keunikannya, kelenturannya adalah kekuatannya," tuturnya.
Menurut Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud pemilihan bambu sebagai salah satu instalasi utama pada kongres kebudayaan Indonesia 2018 dimaksudkan sebagai pesan pentingnya kearifan lokal.
Hilmar mengatakan dengan menggunakan bahan dan teknik yang bersumber dari kearifan lokal dapat diciptakan sebuah karya instalasi yang fenomenal.
"Apa yang berasal dari kearifan lokal tidak hanya bisa dipamerkan untuk skala nasional, bahkan global," kata Hilmar.