Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengatakan bahwa ia kemungkinan akan kembali bertemu dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un pada Januari atau Februari tahun depan. Sejauh ini, telah ada tiga lokasi pertemuan yang dipertimbangkan.
"Kami berdua semakin akrab. Hubungan kami baik," kata Trump pada Sabtu (1/12/2018) sebelum menaiki pesawat kepresidenan untuk kembali ke AS, dilansir dari Reuters.
Trump juga menambahkan akan ada masa ketika ia mengundang Kim ke Amerika Serikat.
Sebuah sumber dari pemerintahan Trump pada Oktober menyebutkan bahwa kedua negara terlibat dalam pembicaraan mengenai pertemuan lanjutan sejak Trump dan Kim bertemu dalam KTT bersejarah di Singapura pada Juni lalu.
Sementara itu, Gedung Putih melalui pernyataan resmi yang dirilis pada Sabtu usai pertemuan Trump dan Presiden China Xi Jinping memaparkan bahwa Trump dan Xi akan berusaha mewujudkan "Semenanjung Korea yang bebas dari senjata nuklir."
Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa Trump dan Xi sama-sama menyepakati sebuah kemajuan besar telah tercapai berkaitan dengan Korea Utara.
Dilansir Reuters, Wakil Presiden AS Mike Pence bulan lalu mengatakan bahwa Trump akan mendorong rencana konkret untuk mengakhiri program senjata nuklir Pyongyang saat bertemu dengan Kim.
Pence, mengatakan pada NBC bahwa AS tidak akan meminta Korea Utara untuk menyampaikan daftar lengkap senjata nuklir serta lokasi sebelum KTT selanjutnya, namun pertemuan tersebut harus menghasilkan rencana nyata.
"Saya pikir yang terpenting dari KTT berikutnya adalah rencana untuk mengidentifikasi semua senjata yang dipermasalahkan, identifikasi lokasi [pengembangan nuklir], akses inspeksi pada situs nuklir dan rencana untuk membongkarnya," kata Pence.
Pence juga mengungkapkan sanksi internasional akan sangat diperlukan untuk menjamin Korea Utara benar-benar melakukan denuklirisasi.
Korea Utara secara terang-terangan menunjukkan ketidaksetujuan atas kebijakan Washington yang memilih mempertahankan sanksi. Mereka bahkan mengancam akan melanjutkan program nuklir jika AS terus melanjutkan kampanye sanksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel