Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Kian Tidak Populer di Mata Pejabat Politik AS

Bank Sentral AS (Federal Reserve) telah mengumumkan dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan lalu, bahwa pengetatan moneter secara gradual akan terus dilanjutkan ditopang oleh kuatnya perekonomian AS.
Bank sentral AS The Federal Reserve/Reuters-Larry Downing
Bank sentral AS The Federal Reserve/Reuters-Larry Downing

Bisnis.com, JAKARTA—Bank Sentral AS (Federal Reserve) telah mengumumkan dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan lalu, bahwa pengetatan moneter secara gradual akan terus dilanjutkan ditopang oleh kuatnya perekonomian AS. 

Hal itu pun dipercaya bisa membuat The Fed semakin tidak populer di mata pejabat politik di Negeri Paman Sam.

Pasalnya, baik Partai Demokrat dan Partai Republik akan menambah pengeluaran pada tahun depan sambil mempersiapkan diri untuk mengambil alih kekuasaan di Gedung Putih dan pos pemerintahan lainnya pada Pemilu AS 2020.

Kenaikan suku bunga lebih lanjut dari The Fed pun dikhawatirkan dapat menghambat tujuan-tujuan dari program yang diusung kedua partai tersebut.

“Dari sisi DPR AS, pasti akan muncul kritik. Mereka [Partai Demokrat] akan mengatakan dengan jelas, mengapa terburu-buru [menaikkan suku bunga]?’ Sementara dari sisi Republikan, pertanyaannya akan menjadi, ‘kalau kami mengeluarkan stimulus, apa kalian [The Fed] akan menghambat [manfaatnya]?’” kata Edward Al-Hussainy, Analis Senior untuk Suku Bunga dan Mata Uang di Columbia Threadneedle Investments, seperti dikutip Bloomberg, Minggu (11/11/2018).

Adapun, Partai Demokrat yang memenangkan kekuasaan di DPR AS lewat Pemilu Sela 2018 dilaporkan akan mendorong anggaran infrastruktur dan mendistribusikan keuntungan bagi pekerja di tengah-tengah kuatnya pasar pekerja AS saat ini.

Di samping itu, Partai Republik juga memiliki seperangkat kebijakan yang ingin mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi lewat program pemangkasan pajak, deregulasi dan pengeluaran pertahanan. 

Kedua partai tersebut pun perlu menjaga kepercayaan investasi publik yang berinvestasi di The Fed untuk menopang keberhasilan kebijakannya. 

Tanpa kebijakan moneter yang dapat mendukung perekonomian—serta dapat menjaga inflasi, dikhawatirkan program pemerintah tersebut tidak dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan.

“Penghematan akan menjadi ‘senjata’ semua pihak dalam waktu-waktu mendatang,” kata Loi Crandall, Kepala Ekonom di Wrighston ICAP sambil menambahkan bahwa Demokrat dan Republik akan mendorong AS menuju puncak indisipliner fiskal dalam beberapa tahun ke depan.

Selanjutnya, di tengah-tengah dilema itu, Gubernur The Fed Jerome Powell yang belakangan ini mendapat banyak keluhan dari Presiden AS Donald Trump karena terus menaikkan suku bunga pun akan menjadi lebih sering melapor kepada kongres.

Berdasarkan jadwal kegiatan Powell, dia telah bertemu atau berkomunikasi dengan para pembuat kebijakan di Kongres AS sebanyak 77 kali sejak menjadi Gubernur Fed pada Februari. 

Adapun selama September yang menjadi bulan tersibuk bagi The Fed, Powell tercatat telah berkunjung dan berkomunikasi lewat telepon dengan anggota kongres sebanyak 18 kali.

Sementara itu, para pejabat di The Fed sendiri masih belum pasti sejauh mana akan menaikkan suku bunga yang dapat menjaga stabilitas kurva permintaan dan penawaran. Jikalau pasar keuangan tertekan, atau tiba-tiba aktivitas ekonomi ‘mendingin’, The Fed kemungkinan dapat memperlambat laju kenaikan suku bunga.

“Risiko dari pengetatan yang berlebih tampak sangat jelas. Hampir di setiap kesempatan, dalam 50 tahun terakhir, ketika The Fed melakukan pengetatan berkelanjutan hasilnya selalu resesi,” ujar mantan Menkeu AS Lawrence Summers.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper