Bisnis.com, JAKARTA – Jurnalis asal Arab Saudi, Jamal Khashoggi, diduga dibunuh saat berada di Kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki. Jurnalis senior itu sering membawakan talkshow politik dan melakukan kritik terhadap pemerintahan Arab Saudi.
Dilansir dari Reuters, wajah Khashoggi sangat lama dikenal dalam talkshow politik di salah satu stasiun televisi swasta Arab Saudi. Dia juga kerap memberi nasehat kepada Pangeran Turki, al-Faisal, kepala intelijen Arab Saudi, dan duta besar Amerika Serikat serta Inggris.
Sumber Reuters menyebutkan pemerintah Turki yakin Khashoggi saat berada di kantor konsulat Arab. Sinyalemen itu juga diyakini oleh Penasihat Presiden Erdogan, Yasin Aktay, yang juga sahabat Khashoggi.
"Perasaan saya, dia dibunuh saat di dalam kantor konsulat, ujarnya seperti dilansir Reuters Minggu (7/10/2018.
Setahun terakhir, dia menulis kolom untuk sejumlah koran termasuk Washington Post mengkritik kebijakan Arab Saudi terhadap Qatar dan Kanada, perang di Yaman, dan kritik terhadap penahanan puluhan orang.
"Saya telah meninggalkan rumah saya, keluarga saya, dan pekerjaan saya, dan saya memperbesar pendapat saya," ujar Khashoggi pada September lalu.
"Dengan demikian, akan menghancurkan suara mereka yang ada dalam penjara. Saya bisa bersuara ketika banyak yang tidak bisa," tambahnya.
Dua bulan setelahnya, dia menulis tentang penahanan sejumlah bangsawan Saudi, pejabat senior dan pengusaha yang dituduh melakukan korupsi. Khashoggi mengatakan Putra Mahkota Mohammad bin Salman memberikan “keadilan yang selektif” dan mengatakan ada “intoleransi bahkan untuk kritik ringan” dari putra mahkota.
Menghilangnya Khashoggi bisa menambah potensi perpecahan hubungan Turki dan Arab Saudi. Hubungan keduanya sudah tegang setelah Turki mengirimkan pasukan ke negara bagian Teluk Qatar, termasuk Arab Saudi, memberlakukan embargo terhadap Doha.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang partainya berakar dalam Islam politik, juga mendukung pemerintahan di Mesir yang dipimpin oleh Ikhwanul Muslimin. Padahal, Arab Saudi telah menetapkan mereka sebagai gerakan teroris.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel