Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi: Pilpres Jangan Pakai Isu SARA & Fitnah

Presiden Joko Widodo mengingatkan agar kampanye pemilihan presiden 2019 tidak menggunakan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) serta menebar fitnah.
Bakal Calon Presiden Joko Widodo memberikan keterangan terkait formasi tim sukses kampanye nasional Pilpres 2019 di Jakarta, Jumat (7/9/2018). Wapres Jusuf Kalla menjadi Ketua Dewan Pengarah Tim Pemenangan Jokowi-Ma'aruf Amin, dan Erick Thohir menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Bakal Calon Presiden Joko Widodo memberikan keterangan terkait formasi tim sukses kampanye nasional Pilpres 2019 di Jakarta, Jumat (7/9/2018). Wapres Jusuf Kalla menjadi Ketua Dewan Pengarah Tim Pemenangan Jokowi-Ma'aruf Amin, dan Erick Thohir menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo mengingatkan agar kampanye pemilihan presiden 2019 tidak menggunakan isu suku, agama, ras dan antargolongan (SARA) serta menebar fitnah.

Pernyataan itu disampaikan oleh Presiden seusai menghadiri acara pembekalan calon legislatif DPR RI dari Partai Persatuan Indonesia (Perindo) di Jakarta Concert Hall, iNews Center, Jakarta, Senin (17/9/2018).

Presiden mengatakan dukungan terhadap calon presiden dan calon wakil presiden harus dalam konteks yang sehat dan fair. Masyarakat juga diharapkan bisa menguji ide, gagasan program yang disampaikan atau program yang telah dilaksanakan.

"Pemilu kontestasi gagasan, hasil kerja, prestasi, rekam jejak, jangan sampai kita dalam pilpres ini memakai SARA lagi, cara fitnah, yang saya kira tidak mendewasakan, mematangkan demokrasi kita," tegas Jokowi.

Ditanyakan mengenai ijtima ulama yang mendukung rivalnya yaitu Prabowo Subianto, Jokowi mengatakan Indonesia merupakan negara demokrasi. Dengan demikian, hal tersebut tidak dilarang di negara demokrasi.

"Tapi tentu saja ada kelompok lain yang juga memberikan dukungan misalnya ke Kyai Ma'ruf Amin. Ya, apapun kita semua tahu bahwa Kyai Ma'ruf Amin ulama besar, Ketua MUI, tidak bisa ditutup-tutupi memang faktanya seperti itu," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yodie Hardiyan
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper