Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Pembicaraan Dagang AS-China, Trump Tak Banyak Berharap

Presiden AS Donald Trump mengaku tak banyak berharap dari pembicaraan dagang dengan China, yang bakal kembali digelar di Washington, AS pada pekan ini.
Presiden AS Donald Trump berinteraksi dengan Presiden China Xi Jinping di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, AS, 6 April 2017./.Reuters-Carlos Barria TPX
Presiden AS Donald Trump berinteraksi dengan Presiden China Xi Jinping di Mar-a-Lago, Palm Beach, Florida, AS, 6 April 2017./.Reuters-Carlos Barria TPX

Bisnis.com, JAKARTA -- Presiden AS Donald Trump mengaku tak banyak berharap dari pembicaraan dagang dengan China, yang bakal kembali digelar di Washington, AS pada pekan ini.
 
Pembahasan sengketa dagang ini menjadi yang pertama sejak Juni 2018 dan akan diselenggarakan pada 22-23 Agustus 2018. Ini juga menjadi pembicaraan pertama setelah AS menerapkan tarif impor senilai US$16 miliar atas produk-produk China.
 
Trump menyatakan tidak ada batas waktu khusus terkait pembicaraan sengketa dagang itu. 
 
"Sama seperti mereka, saya punya waktu yang banyak," ujarnya dalam sebuah wawancara dengan Reuters, Senin (20/8/2018) waktu setempat.
 
Trump melanjutkan penyelesaian pembicaraan dagang dengan China akan memakan waktu lama karena China dinilai sudah terlalu lama menikmati keuntungan dari AS dan menjadi manja. 
 
Dia juga menyampaikan pejabat AS yang sebelumnya bertanggung jawab tidak memahami apa yang mereka kerjakan, sehingga sekarang pemerintahannya harus menanggung akibatnya. 
 
AS telah bersikeras agar China memangkas surplus neraca dagangnya menjadi US$200 miliar dalam dua tahun. Pada 2017, Negeri Panda mencatatkan surplus neraca dagang sebesar US$275,81 miliar dengan AS. 
 
Terkait hal ini, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China Lu Kang mengatakan pihaknya berharap pembicaraan kedua negara bakal berjalan lancar dan menghasilkan keuntungan bagi kedua pihak. 
 
"Kami berharap kedua pihak bisa duduk bersama dan berupaya mencapai hasil yang baik yang didasarkan pada kesetaraan, keseimbangan, dan kepercayaan," paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper