Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iran : Sesama Anggota OPEC Dilarang Saling Caplok Pangsa Pasar

Iran menegaskan kepada OPEC bahwa tidak ada satupun anggotanya yang boleh mengambil alih pangsa pasar ekspor minyak dari anggota lainnya.

Bisnis.com, JAKARTA – Iran menegaskan kepada OPEC bahwa tidak ada satupun anggotanya yang boleh mengambil alih pangsa pasar ekspor minyak dari anggota lainnya.

Hal itu menunjukkan kekhawatiran Teheran akan Arab Saudi yang menawarkan diri untuk memompa minyak lebih banyak sebelum sanksi AS memberi dampak pada penjualan minyak Iran.

Dalam pertemuan dengan Sekretaris Jenderal Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) Mohammad Barkindo, perwakilan diplomat dari Iran mendesak agar organisasi tersebut tidak ikut campur terhadap permasalahan geopolitik.

“Tidak ada satu negara pun yang boleh mengambil pasar anggota lain untuk produksi dan ekspor minyak, dalam kondisi apapun, dan Konferensi Kementerian OPEC pun tidak memberikan izin untuk melakukan tindakan seperti itu,” ujar Kazem Gharibabadi, Menteri Perminyakan Iran, dikutip dari Reuters, Senin (20/8).

Pada Mei lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengundurkan diri dari kesepakatan nuklir dengan Iran dan mengajukan sanksi pada anggota OPEC tersebut. Washington mendorong sekutunya agar tidak mengimpor minyak lagi dari Iran, dan akan menjatuhkan sanksi tambahan ke Iran pada November mendatang.

Trump telah mendesak OPEC untuk memompa minyak lebih banyak lagi untuk menjaga agar harga minyak tetap rendah.

Sejumlah Menteri Energi Arab Saudi, sekutu AS, dan Rusia mengatakan pada Mei bahwa mereka siap untuk meringankan kebijakan pemangkasan produksi untuk menenangkan konsumen yang mengkhawatirkan penyusutan pasokan minyak global.

“Iran yakin, OPEC harusnya lebih mendukung anggotanya saat ini dan menghentikan negara-negara yang mencoba mempolitisasi organisasi ini,” lanjut Gharibabadi.

Adapun, Arab Saudi dan Iran kini terlibat dalam perang proksi, seperti yang terjadi di Yaman dan Suriah.

Iran dan negara lain yang turut menandatangani kesepakatan nuklir seperti Inggris, Prancis, Jerman, Rusia, dan China terus berupaya menyelamatkan kesepakatan tersebut meski terus mendapat tekanan dari AS.

Teheran mengajukan sejumlah persyaratan untuk kekutan Eropa jika mereka ingin Teheran tetap berada dalam kesepakatan nuklir tersebut, seperti sejumlah langkah yang dilakukan oleh bank di Eropa untuk mempertahankan hubungan perdagangan dengan Teheran dan menjamin penjualan minyak mentah Iran.

Wakil Presiden Iran Eshaq Jahangiri mengatakan pada Minggu (19/8), bahwa pemerintahnya sedang mencari solusi untuk menjual minyaknya dan memindahkan penghasilannya meskipun dikenakan sanksi baru dari AS.

Pada awal Agustus, Washington menjatuhkan sanksi pada akuisisi dolar AS oleh Iran, dan perdagangan emas serta logam mulia lainnya. Washington akan kembali menjatuhkan sanksi tambahan pada 4 November mendatang untuk menargetkan ekspor minyak Iran dan sektor perbankannya.

“Kami berharap negara-negara di Eropa bisa mempertahankan komitmennya, tetapi jika tidak, kami akan mencari solusi untuk menjual minyak kami dan memindahlan pendapatan kami,” kata Jahangiri.

Komentar serupa juga muncul dari Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, yang memuji tindakan Eropa atas upayanya mempertahankan kesepakatan nuklir, terutama untuk undang-undang pemblokran yang dibuat oleh Uni Eropa untuk memitigasi dampak dari sanksi AS terhadap bisnis di Eropa. Namun, menurut Zarif, langkah Eropa tersebut belum cukup.

“Eropa sejauh ini sudah menunjukkan pendiriannya, tetapi gagal memperlihatkan rencana aksinya. Kami yakin Eropa belum siap membayar harga yang harus diterima dari sanksi AS,” ungkapnya.

Zarif juga berkicau lewat akun twitternya bahwa formasi “Action Group” baru Iran di Departemen Negara Bagian AS, untuk mengkoordinasi kampanye Trump kepada Iran dengan tujuan menggulingkan Republik Islam, tidak akan berhasil.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Rustam Agus

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper