Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Analis: Turki Tinggal Tunggu Waktu Minta Bantuan IMF

Perekonomian Turki menjadi semakin tertekan seiring pembuat kebijakan belum juga mengambil tindakan. Kamar dagang Turki pun dipenuhi pembicaraan mengenai bailout dari Dana Moneter Internasional (IMF).
International Monetary Fund (IMF)/Istimewa
International Monetary Fund (IMF)/Istimewa
Bisnis.com, JAKARTA -- Perekonomian Turki menjadi semakin tertekan seiring pembuat kebijakan belum juga mengambil tindakan. Kamar dagang Turki pun dipenuhi pembicaraan mengenai bailout dari Dana Moneter Internasional (IMF).
 
Sejauh ini, Bank Sentral dan Pemerintah Turki masih belum angkat bicara mengenai pelemahan mata uang lira ke level terendahnya selama sedekade. Begitu pula, tidak ada komentar dari para pembuat kebijakan mengenai sanski yang telah maupun akan diberlakukan oleh AS.
 
"Pengendalian modal kini lebih dari sekadar skenario tail-risk karena otoritas tidak memperlihatkan tanda-tanda untuk kembali kepada kebijakan yang lebih ortodoks," kata Shamaila Khan, Direktur Bidang Utang Emerging Market di AllianceBernstein di New York, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (8/8/2018).
 
Dia menjelaskan, satu-satunya yang dibutuhkan lira saat ini adalah independensi bank sentral, pengetatan kebijakan fiskal, dan program IMF.
 
Pada Selasa (7/8/2018), IMF mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya tidak menerima indikasi permintaan apapun, berupa bantuan maupun bimbingan keuangan, dari otoritas Turki. Begitu pula juru bicara Menteri Luar Negeri AS, Heather Nauert menyatakan komunikasi Menlu AS Mike Pompeo dan Menlu Turki Mavlut Cavusoglu kemarin secara umum tidak ada membicarakan urgensi apapun dan secara umum baik-baik saja.
 
Pengamat menilai, heningnya Ankara terkait hal tersebut menimbulkan kegamangan bagi investor. Pasalnya, investor khawatir Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang memenangkan kekuatan absolut pada Pemilu Juni akan melakukan intervensi dan menghalangi upaya-upaya yang dapat dilakukan bank sentral. Maklum, Erdogan memang dikenal tidak menyukai tingkat suku bunga tinggi. 
 
Per Hammarlund, Kepala Strategis Emerging Market di SEB menilai sekarang sangat sulit untuk memperkirakan langkah apa yang akan diambil oleh para pembuat kebijakan.
 
"Momen menjelang Turki terpaksa meminta bantuan kepada IMF semakin dekat," ujarnya di Stockhol.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper