Bisnis.com, JAKARTA – Bank Sentral Jepang (BOJ) kembali menawarkan untuk membeli obligasi pemerintah (Japanese Government Bond/JGB) dalam jumlah tak terbatas untuk kedua kalinya dalam pekan ini.
Hal itu dilakukan untuk menarik lonjakan yield akibat spekulasi bahwa bank sentral bakal mengubah kebijakan moneter longgarnya pekan depan.
BOJ menawarkan membeli JGB dengan yield 0,1% untuk obligasi bertenor 5-10 tahun pada Jumat (27/7/2018). Setelah pembelian tersebut, yield obligasi bertenor 10 tahun milik Negeri Sakura berhasil turun ke level 0,095%, setelah mencapai level tertingginya selama satu tahun lebih di level 0,11% pada Kamis (26/7/2018).
“BOJ ingin mengirimkan pesan bahwa pengaturan level operasional harga tetap (fixed rate operation) masihbelum konkrit,” kata Shuichi Ohsaki, Chief Rates Strategist for Japan di Bank of America Merrill Lynch Securities Ltd., di Tokyo, seperti dikutip Bloomberg.
Dia melanjutkan, keputusan BOJ untuk merendahkan kembali yield dengan menawarkan pembelian JGB di level 0,1% mengindikasikan bahwa BOJ memang akan mengubah kebijakan moneternya pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) pekan depan.
Oleh karena itu, trader kini bersiap menunggu kejelasan dari Gubernur BOJ Haruhiko Kuroda terkait perubahan kebijakan apapun yang akan diambil bank sentral.
Baca Juga
Adapun, segala perubahan yang akan diambil BOJ nantinya merupakan yang pertama kali dilakukan oleh otoritas moneter Jepang tersebut sejak September 2016, ketika BOJ mengambil kendali kurva yield agar dapat menahan dampak pembelian obligasi dan suku bunga di level minus.
Sebelumnya, Kuroda menyatakan bahwa Dewan Gubernur BOJ tengah mendiskusikan untuk mengakhiri kebijakan stimulus longgar mulai tahun fiskal 2019.
Namun, di saat bersamaan, bank sentral juga mengumumkan bahwa belum ada perubahan yang akan diambil sebelum inflasi mencapai target bank sentral di level 2%.
Sementara itu, sejatinya BOJ diam-diam dan secara perlahan telah memangkas pembelian obligasi pemerintah melalui program stimulusnya.
Sepanjang tahun berjalan hingga Maret, BOJ hanya memasukkan kurang dari 50 triliun yen ke dalam neraca keuangannya, atau lebih rendah dari target yang diumumkannya sebesar 80 triliun yen per tahun.
Yoshinori Shigemi, Global Market Strategist di J.P. Morgan Asset Management Ltd. memperkirakan ada kesempatan bagi BOJ untuk menaikkan target yield obligasi bertenor 10 tahun sedikit lebih tinggi daripada level 0% di dalam salah satu RDG-nya pada tahun ini.
“Tidak mungkin BOJ secara eksplisit menyebutkan pengurangan pembelian obligasi. BOJ telah sukses dengan program itu sejauh ini,” ujarnya.
Adapun spekulasi mengenai kebijakan yang akan diambil BOJ telah mengguncang pasar global dan menyebabkan kurva yield di Jepang – termasuk AS dan Australia – menajam karena trader bersiap dengan kemungkinan pengetatan moneter dari BOJ.
Sejatinya, dilema masih terus membayangi keputusan BOJ pekan depan.
Pasalnya, inflasi yang masih lemah tetap membutuhkan aliran stimulus, sementara di sisi lain, yen akan semakin menguat dan menghambat dorongan untuk menaikkan harga serta memukul kinerja ekspor Negeri Sakura jika stimulus dihentikan, .