Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur China Melambat Pada Juni Akibat Tensi Dagang

Pertumbuhan sektor manufaktur China melambat pada Juni setelah berperforma baik melewati perkiraan pada bulan sebelumnya. Data resmi menunjukkan, eskalasi tensi perdagangan dengan AS menambah kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi di Negeri Panda.
Yuan/Bloomberg
Yuan/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan sektor manufaktur China melambat pada Juni setelah berperforma baik melewati perkiraan pada bulan sebelumnya. Data resmi menunjukkan, eskalasi tensi perdagangan dengan AS menambah kekhawatiran mengenai perlambatan ekonomi di Negeri Panda.

Biro Statistik China (NBS) mencatat Indeks Pembelian Manajer (Purchasing Managers’ Index/PMI) China turun ke 51,5 pada Juni, di bawah perkiraan analis di level 51,6, dan turun dari 51,9 pada Mei. Namun, pencapaian tersebut masih berada di atas level 50—yang menjadi pemisah pertumbuhan dari kontraksi untuk bulan ke-23.

Hasil tersebut sejalan dengan data baru-baru ini (pertumbuhan kredit, investasi, dan penjualan ritel) yang menunjukkan perlambatan ekonomi China, seiring dengan para pembuat kebijakan mengelola risiko utang dan memanasnya hubungan dangang dengan AS.

Sebelumnya, perekonomian China juga telah jatuh ke dalam retakan multilayer disebabkan pinjaman berisiko yang menyebabkan biaya pinjaman perusahaan meningkat.

Hal itu pun memicu bank sentral untuk menyuntikkan dana lebih banyak dengan memotong persyaratan cadangan minimum (Reserve Ratio’ Requirement/RRR) bagi institusi pemberi pinjaman.

Adapun data indeks permintaan ekspor China juga berkontraksi untuk pertama kalinya sejak Februari 2018, turun 0,03% menjadi 49,8 dari bulan sebelumnya.

Sementara itu, sub-indeks produksi juga turun 0,009% menjadi 53,6 dibandingkan Mei, sementara sub0indeks permintaan baru turun 53,2 dari 53,8.

“Permintaan domestic melemah dan permintaan eksternal menghadapi tekanan dari eskalasi perselisihan dagang antara China dan Amerika Serikat,” kata Wen Bin, Ekonom Senior di Minsheng Bank, Beijing, seperti dikutip Reuters, Minggu (1/7/2018).

Dia memperkirakan bank sentral China (PBOC) akan terus merendahkan tingkat RRR dalam beberapa bulan ke depan untuk mencegah perlambatan tajam pertumbuhan ekonomi.

PBOC menyatakan pada akhir bulan lalu, mereka akan memangkas RRR sebanyak 50 bps untuk beberapa perbankan untuk mempercepat laju swap utang-menjadi-ekuitas dan menggelontorkan pinjaman untuk perusahaan kecil.

Adapun sinyal-sinyal perlambatan perekonomian China memang semakin meningkat sejak indeks PMI pada Mei menyentuh level tertinggi dalam 8 bulan

Pertumbuhan kredit juga melambat pada tahun ini karena pemerintah membongkar berbagai macam kreditur dan mengetatkan lingkungan likuiditas, yang kemudian berdampak pada pertumbuhan.

Berikutnya pada 16 Juli 2018, pemerintah akan merilis data pertumbuhan kuartal kedua tahun ini berupa produk domestik bruto (PDB) dan indikator kunci lainnya.

Analis di ANZ memperkirakan pertumbuhan kuartal II/2018 China mencapai 6,7%, turun dari 6,8% pada kuartal sebelumnya.

Sementara perekonomian masih dapat menghadapi tantangan domestik tanpa melambat dramatis, perselisihan dagang dengan AS diperkirakan dapat menambah ketidakpastian tentang reaksi pertumbuhan ekonomi China.

Setelah Presiden AS Donald Ttump meningkatkan tekanan terhadap China dengan ancaman tarif baru dan hambatan investasi, pasar modal China dan mata uangnya telah terpukut ke level terburuk bulanannya dalam beberapa tahun terakhir pada Juni.

Setelah aksi jual yang berkelanjutan, yuan China dan pasar sahamnya mulai pulih pada Jumat (29/6/2018). Namun, para investor masih bergulat dengan beberapa kerugitan terburuk mereka karena hubungan dagang Sino-AS kini timbul sebagai ancaman.

AS telah mengancam untuk mengenakan tarif untuk ekspor dari China yang senilai US$450 miliar, dengan porsi awal sebesar US$34 miliar akan mulai berdampak per 6 Juli 2018.

Sejak awal tahun hingga kini, ekspor China berhasil mempertahankan posisi baiknya, dengan pengiriman pada Mei meningkat 12,6% dalam dolar AS. Namun, kontraksi pada permintaan ekspor apda Juni dapat mengindikasikan saat-saat yang berat untuk ekspor.

Lebih lanjut, para pembuat kebijakan China kini berharap pada pertumbuhan dari sektor jasa dan konsumsi untuk menyeimbangkan model pertumbuhan ekonomi mereka dari ketergantungan pada investasi dan ekspor.

Adapun sektor jasa saat ini berkontribusi untuk lebih dari setengah perekonomian, dengan naiknya tingkat upah memberikan konsumen China lebih banyak pengeluaran.

Indeks PMI Komposit yang terdiri dari aktivitas manufaktur dan jasa turun tipis pada Juni sebesar 54,4, dari 54,6 pada bulan sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper