Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Draghi: ECB Tidak Akan Terburu-buru Menaikkan Suku Bunga

Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi berjanji bahwa ECB tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan.
Draghi./.Reuters
Draghi./.Reuters

Kabar24.com, JAKARTA – Gubernur Bank Sentral Eropa (ECB) Mario Draghi berjanji bahwa ECB tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga acuan.

Hal itu menegaskan kembali pernyataan para pembuat kebijakan pekan lalu bahwa biaya pinjaman tetap tidak berubah setidaknya hingga pertengahan tahun depan.

“Kami akan tetap sabar di dalam menentukan waktu untuk kenaikan suku bunga pertama dan mengambil langkah bertahap untuk menyesuaikan kebijakan setelahnya,” kata Draghi di dalam pidatonya di Sintra, Portugal, seperti dikutip Bloomberg, Selasa (19/6/2018).

Euro pun melanjutkan pelemahannya setelah pidato Draghi tersebut. Mata uang tunggal tersebut telah turun 0,7% terhadap dolar AS pada pukul 11.17 di Frankfurt dan diperdagangkan sebesar US$1,15.

Draghi memperjelas bahwa rencana ECB untuk menahan program pembelian obligasinya tahun ini, menutup bagian yang luar biasa di dalam upaya sepanjang sedekade menghadapi krisis keuangan dan resesi, bukan berarti bank sentral siap untuk menarik stimulusnya.

Anggota Dewan Gubernur ECB Erkki Liikanen mengatakan bahwa perkembangan ekonomi tetap menjadi kunci penentu dari jalur kenaikan suku bunga.

“Waktu menjadi sangat penting namun juga ke depannya bergantung dengan data,” ujarnya di Helsinki, Finlandia, dengan menambahkan ECB mungkin saja menahan suku bunga tetap di level rendah bahkan setelah akhir musim panas tahun depan.

Dia menekankan, untuk meyakinkan kebijakan moneter memerlukan dukungan memadai untuk mencapai target stabilitas harga.

Di dalam pidatonya di Sintra tersebut, Draghi menyampaikan inflasi Zona Euro berhasil terkerek dan perekonomian menunjukkan kekuatannya. Namun, dia teta p mewaspadai ketidakpastian yang mulai tumbuh.

“Risiko penurunan di dalam outlook datang dari tiga sumber utama,” ujarnya.

Draghi menjelaskan, tiga sumber itu adalah ancaman proteksionisme dagang global yang dipicu oleh tarif baja dan aluminium yang dilemparkan AS, kenaikan harga minyak karena risiko geopolitik di Timur Tengah, dan kemungkinan volatilitas pasar yang terus meningkat.

Adapun komentar Draghi itu muncul tidak lama setelah China bersumpah untuk membalas setiap tarif yang dikenakan oleh Presiden AS Donald Trump secara menyeluruh. Terbaru, Trump mengancam mengenakan tarif untuk impor China lainnya senilai US$200.

Di waktu yang sama, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) juga memberikan sinyal bahwa pertemuan mereka di Wina, Austria, pekan ini akan memutuskan untuk meningkatkan produksi minyak secara moderat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper