Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

China Ancam Batalkan Kesepakatan Jika AS Kenakan Tarif

China memperingatkan Amerika Serikat bahwa segala bentuk kesepakatan perdagangan dan bisnis yang tercapai di antara kedua negara akan batal jika Washington mengimplementasikan tarif dan pengukuran perdagangan lainnya.
Wakil PM China Liu He/Reuters-Jason Lee
Wakil PM China Liu He/Reuters-Jason Lee

Bisnis.com, JAKARTA – China memperingatkan Amerika Serikat bahwa segala bentuk kesepakatan perdagangan dan bisnis yang tercapai di antara kedua negara akan batal jika Washington mengimplementasikan tarif dan pengukuran perdagangan lainnya.

Hal itu diberitakan kantor berita China Xinhua, seiring dengan berakhirnya pertemuan antara AS dan China yang membicarakan isu perdagangan pada akhir pekan lalu di Beijing.

Selain pernyataan singkat tersebut, Xinhua tidak memerinci lebih lanjut mengenai hasil pertemuan antara Menteri Perdagangan AS Wilbur Ross dan Wakil PM China Liu He tersebut.

Padahal, pada pertemuan AS-China di Washington bulan lalu, kedua negara sama-sama mengeluarkan pernyataan bersama setelah pertemuan dilaksanakan.

Adapun pernyataan Xinhua lebih mengacu kepada konsensus yang disepakati AS-China sebelumnya di Washington, yaitu mengenai kesediaan China untuk meningkatkan pembelian barang dan jasa dari AS.

“Kedua belah pihak memiliki komunikasi yang baik mengenai implementasi konsensus yang tercapai di Washington dan untuk area seperti agrikultur dan energi. Kemajuannya positif dan konkrit,” tulis Xinhua seperti dikutip Reuters pada Minggu (3/6/2018).

Sebelumnya, AS dan China telah saling mengancam akan memberikan tarif terhadap produk impor asal masing-masing negara hingga US$150 miliar.

Tidak ingin disebut menghindari aksi-saling lempat tarif tersebut, Xinhua menambahkan sikap China masih konsisten dengan bersedia meningkatkan impor dari seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat.

Xinhua menjelaskan strategi nasional China adalah untuk mereformasi, membuka perekonomian, dan mengekspansikan permintaan domestik. Adapun, Xinhua mengklaim ritme pembangunan China tersebut tidak akan berubah.

“Kesepakatan yang dicapai oleh China dan Amerika Serikat seharusnya didasarkan oleh premis bahwa keduabelah pihak harus mencapai jalan tengah dan tidak melakukan perang dagang,” tulis Xinhua.

Oleh karena itu, disebut bahwa jika AS memberlakukan sanksi perdagangan termasuk pengenaan tarif, maka semua pencapaian di dalam perundingan ekonomi dan perdagangan oleh kedua negara akan dinyatakan batal.

Pasalnya, seiring ‘gencatan senjata’ antara AS dan China mengenai perdagangan lewat perundingan-perundingan ini, Gedung Putih pekan lalu malah memperingatkan bahwa Pemerintahan Trump akan tetap mengenakan tarif hingga US$50 miliar atas impor asal China.

Selain itu, Washington juga ingin memberlakukan restriksi terhadap investasi asal China di AS dan mengetatkan kendali ekspor.

Adapun, Ross bertolak ke Beijing pada Sabtu (2/6/2018) untuk menyambung pembicaraan terkait dengan pembaruan ancaman tarif oleh Pemerintahan Trump terhadap China, di tengah-tengah mitra terdekat AS juga sedang bergejolak pascapengenaan tarif impor baja dan aluminium.

Ross didampingi oleh lebih dari 50 pejabat AS juga diharapkan berhasil mencapai kesepakatan agar China menambah pembelian komoditas pertanian dan energi AS untuk jangka panjang.

Selain itu, delegasi AS juga ingin mengupayakan perlindungan kekayaan intelektual dan meminta agar China mengakhiri subsidi yang berkontribusi atas kelebihan produksi baja dan aluminium.

Sejauh ini, baik Ross maupun Liu belum memberikan pernyataan resmi ke media. Ross pun dijadwalkan meninggalkan Beijing pada Minggu (3/6/2018).

"Pertemuan kami sejauh ini sangat bersahabat, meliputi topik terkait barang-barang ekspor yang spesifik," kata Ross di hadapan wartawan sebagai respons dari ucapan selamat datang dari Liu sehari sebelumnya.

Liu, sebagai lulusan ekonomi dari Harvard yang mendapatkan kepercayaan oleh Presiden China Xi Jinping, merupakan kepala negosioator di dalam perselisihan perdagangan ini.

Pada kesempatan berbeda, Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin menyampaikan bahwa AS ingin pembicaraan pekan ini menghasilkan perubahan struktural di dalam perekonomian China, selain mengenai peningkatan pembelian barang-barang AS oleh China.

Mnuchin berbicara di sela-sela pertemuan para pemimpin negara kelompok G77 di Kanada, di mana dia menjadi target kemarahan mitra AS terkait pengenaan tarif baja dan aluminium.

Dia menyatakan bahwa pembicaraan di China akan melingkupi isu lain, termasuk keinginan Pemerintahan Trump untuk mengeliminasi persyaratan usaha patungan China dan kebijakan lainnya yang secara efektif dapat melindungi praktik transfer teknologi.

“Saya ingin menjelaskan, ini bukan hanya tentang membeli lebih banyak barang, tapi tentang perubahan struktural,” tuturnya.

Namun, Mnuchin melanjutkan secara fundamental dia percaya bahwa jika ada perubahan struktural yang mengizinkan perusahaan AS berkompetisi secara adil, hal itu otomatis dapat memperbaiki defisit perdagangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper