Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DUBES AS PINDAH KE YERUSALEM: Pemimpin Muslim Kecam Langkah Washington

Pemimpin utama Muslim Mesir pada Senin mengecam langkah Washington memindahkan kedutaan besar Amerika Serikat ke Yerusalem dari Tel Aviv, dan menilai hal itu bisa memancing reaksi 1,5 miliar umat muslim di dunia
Demonstran Palestina lari dari gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan Israel selama protes terhadap kedutaan AS pindah ke Yerusalemdi perbatasan Israel-Gaza di sebelah timur Gaza City 14 Mei 2018./.Reuters-Mohammed Salem
Demonstran Palestina lari dari gas air mata yang ditembakkan oleh pasukan Israel selama protes terhadap kedutaan AS pindah ke Yerusalemdi perbatasan Israel-Gaza di sebelah timur Gaza City 14 Mei 2018./.Reuters-Mohammed Salem

Bisnis.com, JAKARTA- Pemimpin utama Muslim Mesir pada Senin mengecam langkah Washington memindahkan kedutaan besar Amerika Serikat ke Yerusalem dari Tel Aviv, dan menilai hal  itu bisa memancing reaksi 1,5 miliar umat muslim di dunia.

Pemimpin Israel dan perutusan AS, termasuk Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan putri Presiden Donald Trump serta menantu laki-lakinya, Ivanka Trump dan Jared Kushner, menghadiri acara menandai pembukaan gedung kedutaan baru pada Senin itu.

Pembukaan itu bertepatan dengan peringatan 70 tahun pendirian Israel, yang disebut orang Palestina sebagai Nakba atau malapetaka.

Pemilihan waktu untuk pemindahan kedutaan besar AS menunjukkan preferensi terhadap logika arogansi dan kekuasaan dengan mengorbankan nilai keadilan, yang membuatnya jauh dari stabilitas dan perdamaian, kata Sheikh Ahmed al-Tayeb, Imam masjid al-Azhar Mesir, otoritas keagamaan tertinggi Mesir dan salah satu kampus paling terkemuka di dunia dalam pembelajaran Muslim Sunni seperti dikutip Antara, Selasa 915/5/2018).

Dia mengatakan langkah tersebut menentang perasaan 1,5 miliar muslim di seluruh dunia.

Al-Tayeb menyeru warga dan lembaga sipil mengambil semua tindakan damai dan tindakan untuk mengungkapkan penolakan terhadap sikap negara yang memihak kelompok Zionis dengan mengorbankan hak Arab Palestina, demikian pernyataan itu.

Sementara itu, pasukan Israel diberitakan membunuh puluhan warga Palestina, yang mengambil bagian dalam unjuk rasa besar di perbatasan Gaza pada Senin saat Amerika Serikat membuka kedutaannya di Yerusalem, Israel.

Langkah AS memenuhi janji Presiden Donald Trump, yang mengakui kota suci tersebut sebagai ibu kota Israel, namun melecut kemarahan Palestina dan mengundang kecaman banyak pemerintah dunia sebagai kemunduran upaya perdamaian.

Pada upacara pembukaan kedutaan itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berterima kasih kepada Trump karena memiliki keberanian menepati janji.

"Sungguh hari luar biasa bagi Israel," kata Netanyahu dalam pidatonya,

Trump, dalam rekaman pesan, mengatakan tetap berkomitmen untuk perdamaian Israel dengan Palestina.

Di perbatasan Gaza, protes Palestina dengan cepat berubah menjadi pertumpahan darah.

Tembakan senjata Israel menewaskan sedikitnya 43 orang Palestina, korban tertinggi dalam satu hari sejak serangkaian protes untuk menuntut hak untuk kembali ke tanah air leluhur di Israel mulai pada 30 Maret.

Juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, korban tewas termasuk enam anak di bawah usia 18 tahun. Para pejabat kesehatan mengatakan, 900 warga Palestina terluka, sekitar 450 dari mereka dengan peluru tajam.

Prancis meminta Israel untuk menahan diri dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan dia sangat prihatin oleh peristiwa yang terjadi di Gaza.

Puluhan ribu warga Palestina telah menuju garis pantai perbatasan daerah kantong, beberapa mendekati pagar Israel - sebuah garis yang dikatakan oleh pemimpin Israel Palestina tidak akan diizinkan untuk melewatinya. Awan asap hitam dari ban yang terbakar oleh demonstran membumbung di udara.

Pengunjuk rasa, beberapa bersenjatakan ketapel, melemparkan batu ke pasukan keamanan Israel, yang melepaskan tembakan gas air mata dan rentetan tembakan gencar.

"Hari ini adalah hari besar ketika kita akan melewati pagar dan memberi tahu Israel serta dunia, kita tidak akan terima untuk dikuasai selamanya," demikian guru ilmu pengetahuan Gaza, Ali, yang menolak disebutkan nama belakangnya sepertti dikutip Antara.

Pengakuan Trump atas Yerusalem yang diperebutkan sebagai ibu kota Israel pada Desember membuat marah rakyat Palestina, yang mengatakan Amerika Serikat tidak bisa lagi menjalankan perannya sebagai perantara yang jujur dalam proses perdamaian dengan Israel.

Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibu kota negara yang ingin mereka bangun di Tepi Barat yang diduduki dan Jalur Gaza.

Israel menganggap semua kota, termasuk sektor timur yang direbutnya dalam perang Timur Tengah 1967 dan dianeksasi, sebagai "ibu kota abadi dan tak terpisahkan" dalam sebuah langkah yang belum memenangkan pengakuan internasional.

Sebagian besar negara mengatakan status Yerusalem- kota suci bagi orang Yahudi, Muslim dan Kristen - harus ditentukan dalam penyelesaian perdamaian terakhir dan bahwa memindahkan kedutaan mereka sekarang akan merusak kesepakatan semacam itu.

Perundingan perdamaian, yang bertujuan menemukan penyelesaian dua negara untuk sengketa itu dibekukan sejak 2014.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper