Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Tagar Jadi Ekspresi Kebebasan, Tapi Rentan Disalahgunakan

Perang tagar politik di media sosial dianggap sebagai ekspresi kebebasan, tapi perlu diantisipasi karena rentan disalahgunakan.
Ilustrasi Twitter./Reuters
Ilustrasi Twitter./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Perang tagar politik di media sosial dianggap sebagai ekspresi kebebasan, tapi perlu diantisipasi karena rentan disalahgunakan.

Pakar komunikasi politik dari UIN Syarif Hidyatullah Jakarta Gun Gun Heryanto mengatakan perang tagar di media sosial menggambarkan perubahan konteks sosial politik yang makin dinamis ketika ada keterhubungan demokrasi nyata dengan kebebasan berekspresi di dunia maya dan dilihat sebagai fenomena yang biasa saja.

“Tagar ekspresi simbolik dari preferensi pilihan di masing-masing orang. Hal ini positif karena bisa menggairahkan partisipasi politik warga. Di sinilah parpol, relawan, timses diuntungkan dengan kanal yang tersedia saat ini karena begitu murah memobilisasi massa mengingat dari 165 juta pemilih tahun depan, 132 juta di antaranya merupakan pengguna internet sehingga bisa jadi ceruk yang potensial,” ujarnya dalam diskusi tentang politik tagar di Jakarta, Sabtu (5/5/2018).

Meski demikian, menurut Gun Gun, perang tagar di internet harus tetap diantisipasi karena memungkinkan terjadinya propoaganda gelap, kampanye hitam yang berbasis rumor, gosip dan menyentuh aspek pembunuhan karakter serta mendorong terjadinya persekusi.

Perang tagar, lanjutnya, merupakan proses kreatif dari masing-masing pihak untuk mencari peluang mempengaruhi lingkungan politik sebelum Pemilu. Gun Gun melihat ada tiga fase yang akan dilakukan oleh para pendukung tokoh politik yang bakal bertarung tahun depan.

Fase pertama dinilai sebagai tahapan brainstorming yang menghadirkan isu dan gagasan kepentingan. Tahapan selanjutnya adalah konsolidasi di mana kelompok pro dan kontra menjadi semakin terlihat. Hal ini disebut wajar terjadi dan telah didesain oleh para pihak.

“Sementara itu, tahapan terakhir adalah tahapan solid di mana isu-isu dikatalisasikan di masyarakat sehingga menajdi punya pilihan yang lebih jelas, misalnya strong voters,” terangnya.

Gun Gun melanjutkan upaya mengarahkan opini politik publik melalui media sosial menggunakan tagar sah-sah saja. Hanya perlu diantisipasi agar tidak terjadi gesekan di lapangan seperti yang terjadi di Car Free Day (CFD) pada pekan lalu.

Caranya, menegakkan aturan sesuai peraturan pemerintah setempat yang menyatakan bahwa ajang tersebut diperuntukkan bagi sarana rekreasi, olahraga dan seni budaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper