Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurangi Polusi & Kapasitas Baja, Ini Siasat Pemerintah China

Upaya Presiden China Xi Jinping untuk mengurangi polusi dan kelebihan kapasitas baja dan produk industri lainnya ternyata menggandeng konsolidasi pemerintah memasuki industri tersebut.
Industri kawat baja di China/Reuters-Sheng Li
Industri kawat baja di China/Reuters-Sheng Li

Bisnis.com, JAKARTA – Upaya Presiden China Xi Jinping untuk mengurangi polusi dan kelebihan kapasitas baja dan produk industri lainnya ternyata menggandeng konsolidasi pemerintah memasuki industri tersebut.

Riset dari J Capital Research Ltd. memperlihatkan tahun lalu saham pemerintah untuk kapasitas baja meningkat menjadi 67%, begitu juga dengan produk peleburan aluminium.

Sementara sektor batu bara yang telah dikonsolidasikan lebih dulu, kini pemerintah mengendalikan 80% dari kapasitasnya dibandingkan pada 2010 hanya 45%.

Kampanye Xi Ping telah berhasil menumbuhkan laba perusahaan, mengakhiri deflasi, serta menstabilkan pertumbuhan utang dan memacu pertumbuhan ekonomi Negeri Panda sejak 2010 pada tahun lalu.

Namun, tujuannya untuk mencapai negara yang “lebih besar, lebih baik, dan lebih kuat” tampaknya akan berisiko mengorbankan perusahaan swasta.

Pasalnya, Partai Komunis semakin menekankan cengkeramannya ke dalam perekonomian China.

“Sebut saja ini nasionalisasi de facto. Jelas sekali kita melihat langkah ini merupakan penegasan kekuatan BUMN, terjadi dengan meniadakan pemain swasta,” ujar Jude Blanchette, China Practice Lead di Crumpton Group, Virginia seperti dikutip Bloomberg, Senin (23/4/2018).

Dia melanjutkan para pemain dari sektor swasta dengan sendirinya akan keluar dari pasar, baik karena didorong maupun karena tidak mampu bertahan.

Adapun kekuasaan pemerintah di industri berat lewat BUMN ini hadir kembali sejak Xi menjabat pada 2013.

Andrew Batson, Kepala Periset di Gavekal Dragonomics mengungkapkan saham pemerintah untuk investasi fixed-asset telah berhenti melemah sejak 2014 dan semakin menguat hingga tiga tahun berikutnya.

Pemerintah pun melebarkan kendalinya hingga ke sektor swasta di industri berat dalam upayanya mengurangi utang.

Ketika perusahaan asuransi Anbang Insurance Group Co. disita pemerintah, para regulator langsung membatasi aktivitas konglomerasi lainnya, termasuk Dalian Wanda Group Co. dan HNA Group Co.

Konsolidasi ini dinilai dapat mendatangkan kritik dari Amerika Serikat dan negara lainnya. Presiden AS Donald Trump telah memberikan julukan kepada China sebagai lawan strategisnya.

Tidak hanya itu, Negeri Paman Sam pun telah mengancam mengenakan sejumlah tarif untuk produk asal China sambil mengeluhkan kebijakan industri China yang memberikan subsidi untuk memacu sektor teknologi.

“Ide yang pertama kali diperkenalkan pada era Zhu Rongil, yaitu BUMN harus independen dan perusahaan pencari keuntungan kebetulan dimiliki negara, telah lama ditinggalkan. Kini pemerintah berpikiran bahwa BUMN merupakan alat untuk mencapai semua tujuan strategis,” lanjut Batson

Adapun, jumlah aset perusahaan negara di bawah Komisi Pengawasan dan Administrasi Aset Negara telah naik menjadi 55 triliun yuan (US$8,7 triliun) tahun lalu dari sekitar 10 triliun yuan pada 2005.

Namun, Nicholas Lardy, mitra senior di Peterson Institute for International Economics, Washington, menambahkan hal itu terjadi justru membuat imbal hasil aset jatuh 2,6% dari sebelumnya 7%.

“Ada penurunan masif dalam efisiensi perusahaan-perusahaan ini. Mereka [BUMN China] menekan pertumbuhan ekonomi, sementara BUMN di negara lain dapat memberikan perolehan imbal hasil hingga 3%,” katanya.

Di sisi lain, China selalu membela diri dengan menyatakan penilaian negaranya tidak dapat disamakan dengan negara ekonomi maju.

Huang Huiqun, periset di Chinese Academy of Social Sciences sebuah badan konsultan ekonomi Negeri Panda, menyatakan bahwa sektor dominan milik negara sulit dihindari di negara berkembang. Selain itu, BUMN juga diperlukan untuk menjalankan proyek infrastruktur yang berskala besar.

“BUMN lebih baik diposisikan untuk digunakan dan mengendalikan sumber daya,” ungkapnya.

Adapun polusi udara memang semakin membaik di beberapa kota di China tahun lalu karena perusahaan-perusahaan kecil yang mencemari udara banyak yang ditutup.

Sementara itu, perusahaan milik negara kebanyakan masih bertahan karena mereka memiliki dana yang cukup untuk menyesuaikan diri dengan aturan lingkungan.

“Dominasi pemerintah di industri hanya terjadi di masa lalu. Seiring berjalannya waktu, perusahaan swasta dapat lebih memajukan manufaktur lewat teknologi yang dapat memacu BUMN yang memnggunakan cara lama,” kata Andrew Collier, analis independen di Hong Kong dan Mantan Direktur Bank of China International USA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper