Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bapennas Bambang P.S. Brodjonegoro memberikan sambutan dalam acara Stunting Summit 2018 di Hotel Borobudur Jakarta.
Dalam kesempatan itu dia memaparkan target pemerintah dalam menyelesaikan masalah stunting atau kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis.
Bambang mengatakan pemerintah dalam pembangunan jangka menengah nasional 2015—2019 telah berkomitmen untuk mempercepat perbaikan gizi masyarakat.
“Salah satu targetnya adalah penurunan stunting pada anak usia di bawah 2 tahun dari 32,9% menjadi 28% pada 2019,” katanya, Rabu (28/3/2018).
Dia menyebut, pada 2018 adalah tahun keempat pelaksanaan RPJMN 2015—2019, oleh karena itu diperlukan upaya percepatan penurunan stunting melalui penguatan kordinasi lintas sektor.
“Sebagai tindak lanjut arahan wakil presiden pada rapat terbatas tingkat menteri pada 12 Juli 2017 tentang perlunya intervensi penurunan stunting terintegrasi, pemerintah melaksanakan intervensi penurunan stunting terintegrasi yang difokuskan pada tahap awal di 100 kabupaten kota pada 2018,” ujarnya.
Selanjutnya, kata dia, kegiatan ini akan diperluas mencakup 160 kabupaten kota pada 2019 dengan menambahkan 60 kabupaten atau kota terutama kabupaten di Papua dan NTT.
Dalam acara yang dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla itu dipublikasikan juga data terkait masalah stunting hingga 2017. Sebaran balita stunting terbanyak ada di Jawa dengan jumlah hingga 4,35 juta jiwa.
Disusul kemudian Sumatra sebanyak 2,29 juta jiwa. Di pulau-pulau besar lainnya, jumlahnya mencapai ratusan ribu jiwa. Anak dengan kondisi stunting cenderung memiliki tingkat intelegensia yang rendah.
Pada usia produktif, individu yang pada balita dalam kondisi stunting berpenghasilan 20% lebih rendah. Kerugian negara akibat stunting mencapai sekitar Rp300 triliun per tahun. Stunting pun dapat menurunkan produk domestic bruto negara sebesar 3%.