Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peneliti Ini Merasa Jadi Kambing Hitam Facebook dan Cambridge Analytica

Akademisi yang menciptakan aplikasi yang digunakan untuk mengumpulkan data pengguna Facebook mengklaim dirinya telah dijadikan kambing hitam.
Ilustrasi Facebook./Bloomberg-Chris Ratcliffe
Ilustrasi Facebook./Bloomberg-Chris Ratcliffe

Bisnis.com, JAKARTA -- Akademisi yang menciptakan aplikasi yang digunakan untuk mengumpulkan data pengguna Facebook mengklaim dirinya telah dijadikan kambing hitam.

BBC melansir Rabu (21/3/2018), Dr. Aleksandr Kogan bekerja untuk Cambridge Analytica pada 2014 tapi mengaku tidak tahu jika data yang dikumpulkannya digunakan untuk memenangkan kampanye Donald Trump dalam Pemilu presiden AS pada 2016.

Kogan, seorang peneliti psikologi di Cambridge University, menyatakan dia menginginkan data tersebut agar dapat membuat model perilaku manusia melalui media sosial. Aplikasi yang dibuatnya berbentuk survei kepribadian dengan nama This Is Your Digital Life.

Aplikasi tersebut tidak hanya mengumpulkan data dari 270.000 penggunanya, tapi juga menarik data teman-teman si pengguna. Secara keseluruhan, jumlah data yang terkumpul berasal dari sekitar 50 juta pengguna Facebook.

"Saya sangat terkejut atas semua ini, tidak pernah terpikir sebelumnya. Apa yang terjadi sepekan terakhir sangat mengejutkan dan pandangan saya adalah pada dasarnya saya dijadikan kambing hitam oleh Facebook dan Cambridge Analytica. Kami kira apa yang kami lakukan adalah normal," paparnya.

Kogan melanjutkan dirinya diyakinkan oleh Cambridge Analytica bahwa semua yang dilakukan adalah legal dan sesuai ketentuan.

Dia juga mengatakan tingkat akurasi data yang dikumpulkan tidak setinggi yang diklaim oleh Cambridge Analytica dan menilai data tersebut justru akan merugikan bagi Trump.

Juru bicara Facebook menyampaikan Kogan tidak diizinkan untuk memberikan data yang diperolehnya kepada Cambridge Analytica, sebuah pihak ketiga yang akan menggunakan data tersebut untuk tujuan komersial.

Media sosial tersebut menambahkan membagikan data teman pengguna Facebook di luar aplikasi ini bertentangan dengan ketentuan.

Sementara itu, dalam sebuah video yang direkam secara rahasia, CEO Cambridge Analytica Alexander Nix mengungkapkan bahwa perusahaan itu mengontrol kampanye digital Donald Trump dalam Pemilu presiden 2016.

Dia mengklaim riset, analisis, dan kampanye terstruktur yang dijalankannya memungkinkan Trump memenangkan pemungutan suara di tiga negara bagian, dengan margin yang tipis.

"Kami melakukan semua riset, data, analisis, sasarannya, kami melakukan kampanye digital, kampanye televisi dan semua data kami memberi informasi atas strategi yang disusun," papar Nix, dalam video yang direkam tim investigasi Channel 4.

Pada Senin (19/3), Cambridge Analytica menyangkal melakukan pelanggaran.

Terkuaknya skandal penyalahgunaan data tersebut membuat otoritas berwenang di AS dan Inggris memanggil Facebook. Saham Facebook pun terus turun sejak awal pekan ini dan secara keseluruhan, valuasi pasarnya telah menyusut sekitar US$50 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : BBC, Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper