Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fadli Zon Ragukan Target Pertumbuhan Ekonomi 5,4% Bisa Tercapai

Bisnis.com, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon meragukan target pertumbuhan ekonomi 5,4% bisa tercapai.
Fadli Zon/Twitter @fadlizon
Fadli Zon/Twitter @fadlizon

Bisnis.com, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon meragukan target pertumbuhan ekonomi 5,4% bisa tercapai.

"[Pertumbuhan] ekonomi bisa tembus, kayanya saya agak ragu ya, cuma mudah-mudahan sih bisa tembus," katanya di Jakarta, Rabu (14/3/2018).

Lagi pula, katanya, target pertumbuhan ekonomi selama 3 tahun berturut-turut tidak pernah tecapai.

Berdasarkan data BPS, pada 2017 pemerintah menargetkan 5,2%, tetapi tercapai 5,07%, pada 2016 pemerintah menargetkan 5,3%, tetapi tercapai 5,02%, dan pada 2015 pemerintah menargetkan 5,7%, tetapi tercapai 4,79%.

"Kemarin bilang 5,2% [APBN 2017], tapi yang tercapai di bawah itu, lalu revisi 5,1% tercapainya dibawah itu juga, padahal janjinya lebih dari itu, 7% pertumbuhan," katanya.

Di pihak lain, Wakil Direktur Ekonomi dari Institute Development for Economics and Finance (Indef) Eko Listianto. Menurutnya, ekonomi pada 2018 akan mendapat banyak tekanan, baik dari sisi domestik maupun global.

Berdasarkan data BPS, tiga kontributor terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi pada 2017 adalah konsumsi rumah tangga (56,13%), investasi (32,16%), dan ekspor (20,37%). Adapun emerintah juga mengharap mengharapkan dorongan yangblebih besar dari 3 komponen motor penggerak ekonomi tersebut.

Mengenai investasi, Eko mengatakan, sejauh ini usaha keras pemerintah masih belum dapat memberikan hasil. Adapun investasi yang masuk tersebut, lebih banyak didominasi oleh sektor jasa.

Berdasarkan data BKPM, realisasi investasi pada 2017 mencapai Rp692,8 triliun. Sementara itu, porsi investasi PMDN sektor jasa 45,6% dari Rp262,3 triliun dan porsi PMA di sektor jasa mencapai 26,8% dari Rp430,5 triliun.

Selain itu, katanya, ekspor pada 2018 balum menunjukkan pertumbuhan yang baik, ditunjukkan dengan defisit neraca perdagangan sejak Desember 2017.

"Itu artinya kita masih mengalami tekanan dari sisi ini [neraca perdagangan]," jelasnya.

Ditambah kebijakan proteksionis dalam perdagangan internasional dari Presiden Trump juga akan membuat pedagang pesimistis, dan pesimisme tersebut secara tidak langsung bisa membuat produksi menurun.

Dia menlanjutkan, sebenarnya pemerintah hanya tinggal mempunyai pilihan untuk mempertahankan konsumsi rumah tangga, dan hal tersebut sangat jelas terlihat dari strategi yang dilakukan pemerintah.

"Pemerintah menaikkan bantuan sosialnya, memberikan subsidi energi, dan [sedang] merubah kebijakan penggajian PNS [dan pensiunan]," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : M. Richard
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper