Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bedah Buku Panglima TNI : Figur bersahaja, kompeten, dan setia korps

Banyak sisi yang dapat dipelajari dan diteladani dari Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, seperti sifat kebersahajaannya, kompetensi dan profesionaliseme, serta kesetiaannya pada korp seperti yang tampak pada buku biorgrafinya.
Eddy Suprapto (kiri), Anang Sudjoko (tengah), dan Kol. Wahyu Tjahyadi (kanan) pada bedah  buku Anak Sersan Jadi Panglima di FISIP UB, Kamis (8/3/2018)/Bisnis-Choirul Anam
Eddy Suprapto (kiri), Anang Sudjoko (tengah), dan Kol. Wahyu Tjahyadi (kanan) pada bedah buku Anak Sersan Jadi Panglima di FISIP UB, Kamis (8/3/2018)/Bisnis-Choirul Anam

Kabar24.com, MALANG—Banyak sisi yang dapat dipelajari dan diteladani dari Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, seperti sifat kebersahajaannya, kompetensi dan profesionaliseme, serta kesetiaannya pada korp seperti yang tampak pada buku biorgrafinya.

Eddy Suprapto, mantan Wakil Pimred RCTI dan Ketua Umum AJI, penulis buku biografi Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dengan judul “Anak Sersan Jadi Panglima”, mengemukakan, sifat kebersahajaan Panglima TNI sebenarnya dapat ditelusuri pada masa kecilnya.

“Pak Bambang (Bambang Sudarto), bapak Panglima dan Bu Bambang sangat sederhana yang a.l ditunjukkan dengan kebiasaan puasa Senin dan Kamis,” ujarnya dalam bedah buku biografi Panglima TNI di FISIP UB, Kamis (8/3/2018).

Karena kesederhaannya itulah, Panglima TNI awalnya sebenarnya tidak setuju buku biografinya ditulis karena takut dianggap menyombongkan diri. Namun setelah diyakinkan bahwa penulisan buku tersebut bukan untuk tujuan tersebut, maka Hadi kemudian bersedia ditulis biografinya.

Contoh kebersahajaan lainnya, saat bertugas di Lanud Abd Saleh setelah lulus dari Sesko di Perancis, dia rela tinggal di mess prajurit, berangkat kerja bersama dengan anggota TNI AU yang pangkatnya lebih rendah serta mengobrol bersama.

Buku ini diharapkan memberikan motivasi bagi para keluarga miskin, terutama keluarga prajurit, agar tidak boleh membuang asa untuk kehidupan yang lebih baik ke depan.

Seperti yang diyakini Bambang dan Nur Sa’adah, ibu Panglima, bahwa jika ada puasa, maka pasti akan Lebaran.

Ada sisi-sisi menarik karena Panglima TNI itu sebenarnya banyak sisi yang banyak dieksplore sehingga terbitan pertama buku ini yang dicetak 3.000 eksemplar sudah habis dan segera dicetak edisi ke dua dengan revisinya. Edisi Bahasa Inggris juga siap dicetak karena banyaknya permintaan.

Kol. Wahyu Tjahyadi, adik Panglima TNI, menambahkan setiap tanggal 1-2, ibunya selalu kebingungan untuk menutupi kebutuhan selama sebulan karena gaji bapaknya sudah habis untuk membayar utang ke koperasi.

Karena itulah, ibunya lalu membantu untuk menutupi kebutuhan keluarga dengan berjualan rujak kikil. Namun ketika dagangannya mulai turun omzetnya karena ada persaingan, maka keluarganya memikirkan untuk diversifikasi usaha.

Hadi Tjahjaanto membantu ekonomi keluarga dengan bekerja sebagai caddy di Lapangan Golf Abd Saleh. Ibunya juga membuat kue untuk dijual di pasar dengan dititip ke pedagang.

Kue yang dibuat donat, kokam, dan rondo royal. Hadi membantu proses adunan donat karena butuh tenaga yang kuat. “Sampai sekarang ada jejaknya. Lantai di rumah saya, di Pagas Singosari, aus karena digunakan untuk memproses adonan donat,” ujarnya.

Kakanya yang paling tua bertugas mengantarkan kue ke pedagang. Setiap hari kue yang dibawa sekitar 200 buah.

Di tengah keterbatasan ekonomi tersebut, bapak dan ibunya sangat peduli. Karena itulah, dia dan suadara-saudaranya membutuhkan dana untuk sekolah seperti mendaftar di AKABRI, maka barang yang berharga terpaksa harus dijual, seperti motor dan dipan meski dia dan saudaranya serta bapak serta ibunya harus tidur di lantai dengan kasur tanpa dipan.

“Jadi gambaran kemiskinan keluarga kami, setiap tanggal 1-2 sebenarnya gaji bapak sudah habis karena untung mengangsur utang ke koperasi,” ujarnya.

Karena itulah, jika besoknya diperkirakan tidak ada makanan untuk disantap, maka ibu menyampaikan ke keluarga untuk berpuasa.

Selanjutnya, hal itu menjadi kebiasaan keluarga kami untuk puasa setiap Senin dan Kamis. Selain melatih kesabaran, kata dia, puasa tersebut memberikan benefit di dunia dengan tubuh yang baik.

“Karena itulah, ketika kakak saya masuk AKABRI, dia tidak takut kesehatan tubuhnya menjadi halangan masuk ke akademi tersebut, karena dirinya merasa benar-benar sehat,” katanya.

Begitu pula dirinya. Di usia yang tidak lagi mudah, tapi tetap memiliki tubuh ideal karena kebiasaannya berpuasa setiap Senin-Kamis.

Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan FISIP UB Anang Sujoko menilai suksesnya keluarga Bambang sehingga anaknya berhasil menjadi Panglima TNI, tidak terlepas dari pengasuhan yang baik.

Dengan komunikasi yang baik antara anak dan orang, maka tidak ada sumbatan antara anak dan orang dalam menyampaikan pendapat.

Bambang juga setiap memberikan nilai-nilai teladan dengan menceritakan berbagai aspek kehidupan, seperti sejarah, pada anak-anaknya saat menjelenag tidur.

Cara memotivasi Bambang pada anaknya untuk berkembang juga tepat dan jelas. Seperti saat memotivasi perlunya anaknya menjadi pintar, dia memberikan ilustrasi, bahwa hanya orang yang pintar yang bisa menerbangkan pesawat.

Cara Hadi membangun jaringan juga pintar. Saat dirinya menjadi Danlanud Iswahyudi, dia menjalin komunikasi yang baik dengan Wali Kota Solo waktu itu, yakni Joko Widodo, yang kini Presiden RI.

Pertemanan itu menjadikan dirinya akhirnya dipercaya Jokowi menjadi Panglima TNI karena jejak rekamnya sudah diketahui presiden.

Eddy Suprapto membantah sinyalemen tersebut. Dipilihnya Marsekal Hadi menjadi Panglima TNI membang dia figur yang menonjol dan berprestasi di TNI AU.

Sejak di AKABRI, dia selalu menojol sehingga menjadi chief. Jiwa kepemimpinannya sangat kuat ketika masih di akademi.

Ketika grupnya melakukan kesalahan, maka dirinya sebagai pemimpin mengambil alih tanggung jawab atas kesalahan tersebut.

“Saya mendapat informasi dari Mensesneg, untuk pemilihan jabatan penting di militer, itu pasti melibatkan Wanjakti yang dengan teliti menelusuri jejak rekam dari kandidat,” katanya.

Dengan terpilih pada Sesko di Perancis dengan hasil terbaik, juga menunjukkan Hadi Tjahjanto memang figur yang kompeten.

Karena itulah, dia sempat dipanggil lagi untuk menjadi Dispenau, ketika sudah dimutasi di tempat lain, saat ada masalah yang perlu figur seperti dirinya untuk menjelaskan ke publik.

Namun apa apun, dia sebenarnya pribadi yang nerimo in pandum, menerima apa adanya suratan hidup. Ketika lulus dari Sesko dan menginginkan dipromosikan menjadi Lanud Abd Saleh dan ternyata ditempat dipos lainnya, dia tidak protes, menerima keputusan pimpinan.

Saat ditempatkan menjadi komandan di Lanud Iswahyudi, malah menjadi berkah karena berhubungan baik dengan Jokowi yang saat ini menjadi Presiden RI.

Wahyu Tjahyadi, mengenal kakaknya sebagai anggota TNI yang benar-benar menerapkan prinsip mikul dhuwur, mendem jero. Artinya dia akan menjaga nama baik institusi dengan baik dengan tidak mengumbar keborokannya di luar.

Anang Sudjoko mengkonfirmasi pernyataan tersebut. Sepengatahuan dia, Hadi Tjahjadi tidak pernah menyebut kekurangan dari panglima TNI sebelumnya meski secara jabatan hal itu sah saja untuk mengkritisinya.

Panglima TNI benar-benar menerapkan prinsip hidup mikul dhuwur, mendem jero. Suatu sikap yang layak diteladani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper