Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Korut Dituding Kirim Material Pembangunan Pabrik Senjata Kimia ke Suriah

Korea Utara dituding mengirim peralatan yang dapat digunakan dalam produksi senjata kimia ke Suriah.
Seorang pejuang dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) berdiri diantara reruntuhan gedung yang hancur di Raqqa, Suriah, Senin (25/9/2017)./Reuters
Seorang pejuang dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) berdiri diantara reruntuhan gedung yang hancur di Raqqa, Suriah, Senin (25/9/2017)./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Korea Utara dituding mengirim peralatan yang dapat digunakan dalam produksi senjata kimia ke Suriah.

Berdasarkan laporan dari The New York Times, yang dikutip Rabu (28/2/2018), bahan baku yang dikirimkan termasuk pipa, katup, serta ubin keramik tahan asam.

Material lainnya yaitu ubin keramik tahan panas serta termometer dan katup tahan korosi. Ubin keramik tersebut dikabarkan digunakan dalam pembangunan fasilitas pembuatan senjata kimia.

Tuduhan itu muncul setelah adanya beberapa laporan mengenai penggunaan gas klorin oleh militer Suriah.

Laporan PBB, yang belum dipublikasikan, juga menyatakan ahli misil Pyongyang terlihat di fasilitas pembuatan senjata Suriah. Laporan ini disusun berdasarkan kepatuhan Korea Utara (Korut) terhadap resolusi PBB.

Wall Street Journal mengungkapkan pengiriman dilakukan sebanyak lima kali melalui perusahaan perdagangan China pada akhir 2016 dan awal 2017. Namun, jumlah pengiriman yang telah dilakukan diyakini lebih banyak lagi dan telah berlangsung selama beberapa tahun.

Pembayarannya dilakukan oleh Scientific Studies and Research Center (SSRC), sebuah badan pemerintah Suriah, melalui sejumlah perusahaan.

Sementara itu, Pemerintah Suriah membantah penggunaan senjata kimia dalam perang yang sedang berlangsung di negara itu. Negara Timur Tengah tersebut menyatakan satu-satunya perwakilan Korut di Suriah adalah pelatih olah raga dan atlet.

Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW) mengatakan gas sarin, yang menyerang syaraf manusia, digunakan di Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib, pada April 2018. Peristiwa itu menewaskan lebih dari 80 orang.

Serangan gas klorin juga baru-baru ini terjadi di Ghouta Timur, yang menjadi basis pertahanan terakhir kelompok pemberontak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : BBC.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper