Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tentara Penyelamatan Rohingya Mengaku Tak Punya Pilihan Selain Melawan

Tentara Penyelamatan Rohingya Arakan, ARSA, mengaku tak punya pilihan selain melakukan perlawanan.
Warga yang terusir akibat kekerasan di wilayahnya berjalan melalui tepian sungai Mayu bersama bawaan mereka saat mengungsi ke wilayah lain di Buthidaung, kawasan utara negara bagian Rakhine, Myanmar 13 September 2017./Reuters-Stringer
Warga yang terusir akibat kekerasan di wilayahnya berjalan melalui tepian sungai Mayu bersama bawaan mereka saat mengungsi ke wilayah lain di Buthidaung, kawasan utara negara bagian Rakhine, Myanmar 13 September 2017./Reuters-Stringer

Kabar24.com, YANGON - Tentara Penyelamatan Rohingya Arakan, ARSA, mengaku tak punya pilihan selain melakukan perlawanan.

Kelompok bersenjata yang dikenal publik sebagai pemberontak Rohingya ini mengatakan, Minggu (7/1/2018), bahwa mereka tak memiliki pilihan selain memerangi terorisme yang disponsori negara Myanmar.

Hal itu dilakukan untuk membela komunitas Rohingya. Arsa juga menuntut Rohingya diajak berkonsultasi mengenai semua keputusan yang mempengaruhi masa depan mereka.

ARSA melancarkan serangan-serangan terhadap pasukan keamanan Myanmar pada 25 Agustus, yang memicu operasi-operasi kontrapemberontakan di negara bagian Rakhine di bagian utara Myanmar yang mayoritas dihuni warga Muslim.

Operasi-operasi oleh pasukan keamanan mengarah kepada kekerasan yang meluas dan pembakaran serta eksodus sebanyak 650.000 orang desa Rohingya ke Bangladesh.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengutuk kampanye militer Myanmar itu dan menyebutnya sebagai pembersihan etnis. Myanmar yang mayoritas penduduknya penganut Buddha membantah hal itu.

Tetapi sejak serangan-serangan Agustus, kelompok pemberontak kecil itu telah melancarkan relatif sedikit serangan hingga Jumat, ketika para pejuangnya mengadang sebuah truk militer myanmar, melukai beberapa anggota pasukan keamanan.

"ARSA tak punya ... pilihan lain selain bertempur melawan terorisme yang disponsori negara Myanmar terhadap penduduk Rohingya demi maksud membela, menyelamatkan dan melindungi komunitas Rohingya," demikian kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan yang ditandatangani oleh pemimpinnya Ata Ullah dan disiarkan melalui Twitter.

"Rakyat Rohingya harus diajak konsultasi dalam semua pembuatan keputusan yang mempengaruhi kebutuhan humaniter mereka dan masa depan politik mereka."

ARSA mengaku bertanggung jawab atas pengadangan Jumat tapi tidak memberikan rincian mengenai bentrokan.

Seorang juru bicara pemerintah Myanmar menolak memberikan komentar segera dengan menyatakan dia masih harus membaca pernyataan tersebut.

Seorang juru bicara militer menolak untuk membuat komentar segera tentang situasi keamanan di negara bagian Rakhine.

Kawasan itu terbatas bagi wartawan untuk melakukan liputan.

Pihak berwenang mengatakan sebelumnya bahwa serangan-serangan oleh pemberontak akan dijawab dengan kekuatan dan mereka mengesampingkan perundingan dengan "para teroris".

ARSA menolak pengaitan kelompoknya dengan grup-grup militan Islamis dan menyatakan pihaknya bertempur untuk mengakhiri operasi terhadap orang-orang Rohingya.

Rohingya tidak diberikan kewarganegaraan, kebebasan bergerak, akses ke layanan-layanan seperti perawatan kesehatan. Myanmar menganggap mereka imigran ilegal dari Bangladesh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Saeno
Sumber : Antara/Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper