Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Powell Tunjukkan Indikasi Lanjutkan Kebijakan Yellen

Kepala Bank Sentral AS (The Fed) yang baru, yakni Jerome Powell menyatakan bahwa dirinya akan mempertahankan sebagian besar kebijakan yang telah diambil oleh pendahulunya, Janet Yellen.
Gubernur The Fed Jerome Powell/Bloomberg
Gubernur The Fed Jerome Powell/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Kepala Bank Sentral AS (The Fed) yang baru, yakni Jerome Powell menyatakan dirinya akan mempertahankan sebagian besar kebijakan yang telah diambil oleh pendahulunya, Janet Yellen.

Hal itu, secara tidak langsung diungkapkannya saat memberikan pernyataan tertulis kepada Komite Perbankan Senat AS, jelang proses verifikasinya pada Selasa (28/11/2017) waktu setempat. Seperti diketahui, apabila Powell lolos dalam tahap verifikasi di kubu legislatif AS tersebut, maka dia dapat segera dilantik menggantikan Yellen pada Februari 2018.

“Tujuan kami adalah mempertahankan pasar tenaga kerja yang kuat dengan inflasi yang bergerak bertahap menuju target awal The Fed (2%).  Kami memperkirakan, suku bunga akan kembali naik dan ukuran neraca keuangan akan menyusut atau sesuai dengan kebijakan awal kami,” kata Powell, seperti dikutip dari laman The Fed, Selasa (28/11/2017).

Pernyataan Powell tersebut seolah menegaskan arah kebijakan yang  digariskan oleh rezim Yellen yang terkenal akan pandangan dovish-nya.Di bawah Yellen, Bank Sentral AS telah memulai proses pengetatan moneter bertahapnya melalui kebijakan suku bunga yang dibarengi dengan pemangkasan neraca keuangan The Fed senilai US$4,5 triliun.

Selain itu, dia menjanjikan akan membawa The Fed beroperasi secara maksimal dalam mengatur, mengarahkan dan menjaga ketahanan ekonomi AS di masa depan. Pihaknya juga akan menjaga keselarasan dengan kebijakan fiskal yang diusung oleh pejabat di Washington.

Sementara itu, terkait kebijakan untuk sektor perbankan AS, Powell kembali mengulang pandangannya bahwa dia akan membuka diri terhadap revisi terbatas pada aturan kecukupan modal perbankan.

Seperti diketahui, AS selama ini telah menetapkan syarat kecukupan modal yang ketat melalui  undang-undang Dodd Frank. Kebijakan itu diambil oleh Pemerintah Paman Sam, untuk menghindari potensi terjadinya guncangan di sektor keuangan yang sempat menyebabkan krisis keuangan global 2008/2009.

“Sistem keuangan kita tidak diragukan lagi telah jauh lebih kuat dan lebih tangguh dibandingkan satu dekade yang lalu. Kami akan mempertimbangkan cara yang tepat untuk melakukan revisi peraturan sambil mempertahankan peraturan inti," lanjutnya.

Powell mengatakan peraturan inti yang dimaksudnya tersebut mencakup tingkat kecukupan modal dan likuiditas yang kuat, stress test dan manajemen risiko bagi bank besar yang kolaps.

Namun demikian, sikap Powell tersebut rawan mendapat kritik tajam dari kubu Partai Republik di Senat AS dan juga pelaku perbankan AS. Pasalnya, mereka menghendaki adanya revisi masif dalam undang-undang Dodd Frank, terutama terkait pelonggaran nilai kecukupan modal perbankan.

Dalam pernyataannya,  Powell juga menegaskan bahwa dirinya akan menjaga otoritasnya untuk tetap independen dan tak terpengaruh oleh kepentingan politik di AS. Dia akan melanjutkan kebijakan The Fed selama ini, yang mendasarkan penilaian atas kebijakan yang akan diambil berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan.

Adapun sebelumnya, pascadiumumkan oleh Trump sebagai Kepala The Fed pilihannya, Powell menyatakan diri untuk terus mengawal The Fed sebagai lembaga moneter yang kredibel. Dia berjanji akan menyesuaikan diri dengan risiko keuangan yang ada dan terus memahami dampak kebijakan The Fed kepada AS dan negara lain.

"Jerome Powell dianggap sebagai seorang yang dovish dan juga seseorang yang membawa kontinuitas. Ini akan membantu meyakinkan pasar keuangan Asia bahwa The Fed akan terus mengambil kebijakan secara bertahap dan terukur untuk memperketat kebijakan moneter AS," kata kata Rajiv Biswas, Kepala Ekonom IHS Markit untuk kawasan Asia Pasifik, seperti dikutip dari Reuters, Selasa (28/11).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper