Bisnis.com, JAKARTA—Gubernur Bank Sentral China (PBOC) Zhou Xiaochuan menyerukan agar China membuka akses pasar keuangannya terhadap investor asing.
Xiaochuan mengatakan, reformasi ekonomi China akan sulit untuk dilalui dengan baik jika pejabat di Beijing masih enggan membuka akses pasarnya, terutama terkait dengan kontrol devisanya. Dia pun mengusulkan tiga hal yang mendasari argumennya agar Negeri Panda lebih terbuka.
Pertama, dia menyebutkan bahwa tren perdagangan dan investasi luar negeri terus meningkat, sehingga membutuhkan keterbukaan ekonomi yang lebih luas. Kedua, dengan mengadopsi skema pasar, yuan akan lebih diterima di pasar. Terakhir, nilai tukar yuan akan lebih masuk akal dan seimbang.
"Tidak ada satu negara pun di dunia yang dapat mencapai ekonomi terbuka dengan kontrol devisa yang ketat," kata Zhou seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (10/10/2017).
Menurutnya, saat ini adalah momentum tepat bagi China mereformasi ekonominya agar lebih terbuka. Pasalnya, yuan baru saja berhasil masuk dalam keranjang mata uang cadangan Dana Moneter Internasional (IMF) pada tahun lalu.
“Saat ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan reformasi. Jika terlambat, maka biaya dan beban untuk melakukan reformasi akan lebih mahal,” lanjutnya.
Sejumlah pengamat menilai, langkah Xiaochuan dalam mempromosikan keterbukaan ekonomi di China baru-baru ini adalah langkah yang tepat. Pasalnya, dalam waktu dekat Partai Komunis China akan segera menggelar kongresnya pada 18 Oktober 2017.
Di sisi lain, usulan Gubernur PBOC tersebut bisa jadi menjadi salah satu pertimbangan dan pembahasan partai terbesar di China tersebut saat kongres. Terlebih China memiliki ambisi untuk menjadikan mata uangnya sarana pertukaran global.
Adapun, sejak mengambil kendali bank sentral pada Desember 2002, Zhou telah membawa China dan PBOC melewati krisis global, merombak alat kebijakan moneter, mengakhiri kebijakan menetapkan nilai tukar yuan terhadap dolar AS, menghapuskan batas suku bunga deposito dan mendorong yuan ke keranjang mata uang cadangan dunia IMF.
“Pesan utama dari ucapan Zhou [Xiaochuan] adalah bahwa dia ingin China melewati titik terendahnya saat ini, dan dapat kembali seperti dulu,” kata Raymond Yeung, Kepala Ekonom untuk China di Australia & New Zealand Banking Group Ltd.
Yeung menambahkan, setelah 40 tahun melakukan lompatan ekonomi, partisipasi asing di industri keuangan masih sangat terbatas. Untuk itu dia cukup sepakat dengan pendapat Xiaochuan yang mendorong percepatan keterbukaan terhadap asing di sektor keuangan.
Seperti diketahui setelah bertahun-tahun melakukan liberalisasi keuangan, pejabat China lantas membatasi transaksi lintas batas dan mengontorl cadangan devisanya pada awal tahun ini. Hal itu dilakukan demi membantu menopang melemahnya mata uang akibat pelarian modal besar-besaran.
Akibat intervensi berlebih Pemerintah China di sektor keuangan tersebut, transaksi global dengan menggunakan yuan turun menjadi 1,94% hingga Agustus sejak awal tahun.